IRMA ROZALINA
1109005041
Kelas A
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR- BALI
2012
______________________________________________
2012
______________________________________________
Sistem Pencernaan Pada Hewan
Struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai
jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan
tersebut serta jenis makanannya. pada hewan invertebrata alat pencernaan
makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara
intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan
yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel.
1. Sistem Pencernaan Pada Hewan
Invertebrata
Sistem pencernaan pada hewan invertebrata umumnya
dilakukan secara intrasel, seperti pada protozoa, porifera, dan Coelenterata.
Pencernaan dilakukan dalam alat khusus berupa
vakuola makanan, sel koanosit dan rongga gastrovaskuler. Selanjutnya, pada
cacing parasit seperti pada cacing pita, alat pencernaannya belum sempurna dan
tidak memiliki mulut dan anus. pencernaan dilakukan dengan cara absorbs
langsung melalui kulit.
a.
Sistem Pencernaan Makanan Pada Cacing Tanah
Gambar 1.1 Sistem pencernaan cacing |
b. Sistem Pencernaan Pada Serangga
Sebagaimana pada cacing tanah, serangga memiliki sistem
pencernaan makanan yang sudah sempurna, mulai dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus sampai anus.Pencernaan pada serangga dilakukan secara ekstrasel.
2. Sistem Pencernaan Pada Hewan
vertebrata
Organ pencernaan pada hewan vertebrata meliputi saluran
pencernaan (tractus digestivus) dan kelenjar pencernaan (glandula digestoria
a. Sistem Pencernaan Pada Ikan
Gambar 1. Sistem pencernaan ikan |
Esofagus berbentuk kerucut, pendek, terdapat di belakang
insang, dan bila tidak dilalui makanan lumennya menyempit. Dari kerongkongan
makanan di dorong masuk ke lambung, lambung pada umum-nya membesar, tidak jelas
batasnya dengan usus. Pada beberapa jenis ikan, terdapat tonjolan buntu untuk
memperluas bidang penyerapan makanan.
Dari lambung, makanan masuk ke usus yang berupa pipa panjang
berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus.
Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas.
Hati merupakan kelenjar yang berukuran besal, berwarna merah kecoklatan,
terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak
tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke
arah punggung.
Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung
empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat,
berwarna kehijauary terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara
pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke
usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik
sehingga sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim –
enzim pencernaan dan hormon insulin.
b. Sistem Pencernaan Pada Amfibi
Gambar 1.2. Sistem pencernaan amfibi |
1.
rongga mulut: terdapat gigi berbentuk kerucut untuk memegang mangsa dan lidah
untuk menangkap mangsa,
2.
esofagus; berupa saluran pendek,
3.
ventrikulus (lambung), berbentuk kantung yang bila terisi makanan
menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus,
menjadi lebar. Lambung katak dapat dibedakan menjadi 2, yaitu tempat masuknya esofagus dan lubang keluar menuju usus,
4.
intestinum (usus): dapat dibedakan atas usus halus dan usus tebal. Usus halus
meliputi: duodenum. jejenum, dan ileum, tetapi belum jelas batas-batasnya.
5.
Usus tebal berakhir pada rektum dan menuju kloata, dan
6.
kloaka: merupakan muara bersama antara saluran pencernaan makanan, saluran
reproduksi, dan urine.
Kelenjar pencernaan pada amfibi, terdiri atas hati dan
pankreas. Hati berwarna merah kecoklatan, terdiri atas lobus kanan yang terbagi
lagi menjadi dua lobulus. Hati berfungsi mengeluarkan empedu yang disimpan
dalam kantung empedu yang berwarna kehijauan. pankreas berwarna kekuningan,
melekat diantara lambung dan usus dua belas jari (duadenum). pankreas berfungsi
menghasilkan enzim dan hormon yang bermuara pada duodenum.
c. Sistem Pencernaan Pada Reptil
Sebagaimana pada ikan dan amfibi, sistem pencernaan makanan
pada reptil meliputi saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Reptil umumnya
karnivora (pemakan daging). Secara berturut-turut saluran pencernaan pada
reptil meliputi:
o rongga mulut: bagian rongga mulut
disokong oleh rahang atas dan bawah, masing-masing memiliki deretan gigi yang
berbentuk kerucut, gigi
menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua,
menempel pada gusi dan sedikit melengkung ke arah rongga mulut. Pada rongga mulut juga terdapat lidah yang melekat pada tulang lidah dengan ujung bercabang dua,
o esofagus (kerongkongan),
o ventrikulus(lambung),
o
intestinum: terdiri atas usus halus dan usus tebal yang
bermuara pada anus.
Kelenjar
pencernaan pada reptil meliputi hati, kantung empedu, dan pankreas. Hati pada
reptilia memiliki dua lobus (gelambirf dan berwarna kemerahan. Kantung empedu
terletak pada tepi sebelah kanan hati. Pankreas berada di antara lambung dan
duodenum, berbentuk pipih kekuning-kuningan.
d. Sistem Pencernaan Pada Burung
Gambar 1.3. Sistem pencernaan unggas |
Saluran pencernaan pada burung terdiri atas:
Ø paruh: merupakan modifikasi dari
gigi,
Ø rongga mulut: terdiri atas rahang
atas yang merupakan penghubung antara rongga mulut dan tanduk,
faring:
berupa saluran pendek, esofagus: pada burung terdapat pelebaran pada bagian ini
disebut tembolok, berperan sebagai tempat penyimpanan makanan yang dapat diisi dengan
cepat,
Ø lambung terdiri atas proventrikulus (lambung kelenjar):
banyak menghasilkan enzim pencernaan, dinding ototnya tipis. Ventrikulus (lambung
pengunyah/empedal): ototnya berdinding tebal. Pada burung pemakan biji-bijian
terdapat kerikil dan pasir yang tertelan bersama makanan vang berguna untuk
membantu pencernaan dan disebut sebagai ” hen’s teeth”,
Ø intestinum: terdiri atas usus halus
dan usus tebal yang bermuara pada kloaka.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
Usus halus pada burung terdiri dari duodenum, jejunum dan ileum.
Kelenjar pencernaan burung meliputi: hati, kantung empedu, dan pankreas. Pada burung merpati tidak terdapat kantung empedu.
e. Sistem Pencernaan pada Ruminansia
Hewan-hewan herbivora (pemakan rumput) seperti domba, sapi,
kerbau disebut sebagai hewan memamah biak (ruminansia). Sistem pencernaan
makanan pada hewan ini lebih panjang dan kompleks. Makanan hewan ini banyak
mengandung selulosa yang sulit dicerna oleh hewan pada umumnya sehingga sistem
pencernaannya berbeda dengan sistem pencernaan hewan lain.
Gambar 1.3. Sistem pencernaan ruminansia |
Hewan herbivora, seperti kuda,
kelinci, dan marmut tidak mempunyai struktur lambung seperti halnya pada sapi
untuk fermentasi selulosa. Proses fermentasi atau pembusukan yang dilakukan
oleh bakteri terjadi pada sekum yang banvak mengandung bakteri. proses
fermentasi pada sekum tidak seefektif fermentasi yang terjadi dilambung.
Akibatnya, kotoran kuda, kelinci,
dan marmut lebih kasar karena pencernaan selulosa hanya terjadi satu kali,
yaitu pada sekum. Sedangkan pada sapi, proses pencernaan terjadi dua kali,
yaitu pada lambung dan sekum keduanya dilakukan oleh bakteri dan protozoa
tertentu.
Adanya
bakteri selulotik pada lambung hewan memamah biak merupakan bentuk simbiosis
mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino. Di samping itu,
bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam
pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif.
Sistem
pencernaan makanan pada cacing tanah sudah sempurna. Cacing tanah memiliki
alat-alat pencernaan mulai dari mulut, kerongkongan, lambung, usus, dan anus.
Proses pencernaan dibantu oleh enzim – enzim
______________________________________________
TERMOREGULASI HEWAN
TERMOREGULASI HEWAN
Suhu tubuh
tergantung pada neraca keseimbangan antara panas yang diproduksi atau
diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas yang hilang dapat berlangsung secara
radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi. Radiasi
adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium untuk
merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas secara
langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada transfer
panas molekul. Panas menjalar dari yang suhunya tinggi kebagian yang memiliki
suhu yang lebih rendah. Konveksi adalah suatu perambatan panas melalui aliran
cairan atau gas. Besarnya konveksi tergantung pada luas kontak dan perbedaan
suhu. Evaporasi merupakan konveksi dari zat cair menjadi uap air, besarnya laju
konveksi kehilangan panas karena evaporasi.Suhu
optimal sesuai keadaan tubuh
Ø Suhu inti konstan
Ø Suhu permukaan berubah-ubah
Ø
Suhu
kulit lebih tinggi dari suhu lingkungan panas dibuang dengan cara Radiasi dan
Konduksi
Ø Suhu kulit lebih rendah
dari suhu lingkungan panas masuk tubuh dengan cara Radiasi dan konveksi
Pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen
dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin
(cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals). Namun,
ahli-ahli Biologi lebih suka menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang
berhubungan dengan sumber panas utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang
panas tubuhnya berasal dari lingkungan (menyerap panas lingkungan).
Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung
berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan. Hewan dalam kelompok ini adalah
anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah
hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini
lebih konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia
Mekanisme perubahan panas tubuh
1. Terjadi dengan 4 proses
2. Konduksi adalah perubahan panas tubuh hewan
karena kontak dengan suatu benda.
3. Konveksi adalah transfer panas akibat adanya
gerakan udara atau cairan melalui permukaan tubuh.
4. Radiasi adalah emisi dari energi elektromagnet.
Radiasi dapat mentransfer panas antar obyek yang tidak kontak langsung. Sebagai
contoh, radiasi sinar matahari.
5. Evaporasi proses kehilangan panas dari
permukaan cairan yang ditranformasikan dalam bentuk gas.
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap
perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung
akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat
di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada
lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam
sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di
alam sarangnya
·
Perilaku
adalah hal yang penting dalam hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi,
relokasi, dan sembunyi ditemukan pada beberapa hewan untuk menurunkan atau
menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan
cara mandi atau mengipaskan daun telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian
adalah salah satu perilaku unik dalam termoregulasi.
Termoregulasi adalah suatu mekanisme
makhluk hidup untuk mempertahankan suhu internal agar berada di dalam kisaran
yang dapat ditolelir (Campbell, 2004). Berdasarkan Tobin (2005), suhu
berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan
aktivitas molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar
dan kemungkinan terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain
semakin besar pula (Chang, 1996). Akan tetapi, kenaikan aktivitas metabolisme
hanya akan bertambah seiring dengan kenaikan suhu hingga batas tertentu saja.
Hal ini disebabkan metabolisme di dalam tubuh diatur oleh enzim (salah satunya)
yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu lingkungan atau tubuh
meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat terdenaturasi dan
kehilangan fungsinya
Pengaturan suhu tubuh
(termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah elemen-elemen
dari homeostasis. Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin
(cold-blood animals) dan hewan berdarah panas (warm-blood animals).
Namun, ahli-ahli Biologi lebih suka
menggunakan istilah ektoterm dan endoterm yang berhubungan dengan sumber panas
utama tubuh hewan. Ektoterm adalah hewan yang panas tubuhnya berasal dari
lingkungan (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan ektoterm cenderung
berfluktuasi, tergantung pada suhu lingkungan.
Hewan dalam kelompok ini adalah
anggota invertebrata, ikan, amphibia, dan reptilia. Sedangkan endoterm adalah
hewan yang panas tubuhnya berasal dari hasil metabolisme. Suhu tubuh hewan ini lebih
konstan. Endoterm umum dijumpai pada kelompok burung (Aves), dan mamalia.
Pengaruh suhu pada lingkungan, hewan dibagi menjadi dua golongan, yaitu
poikiloterm dan homoiterm.
Poikiloterm suhu tubuhnya
dipengaruhi oleh lingkungan. Suhu tubuh bagian dalam lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu tubuh luar. Hewan seperti ini juga disebut hewan berdarah dingin.
Dan hewan homoiterm sering disebut hewan berdarah panas.
Pada hewan
homoiterm suhunya lebih stabil, hal ini dikarenakan adanya reseptor dalam
otaknya sehingga dapat mengatur suhu tubuh. Hewan homoiterm dapat melakukan
aktifitas pada suhu lingkungan yang berbeda akibat dari kemampuan mengatur suhu
tubuh. Hewan homoiterm mempunyai variasi temperatur normal yang dipengaruhi
oleh faktor umur, faktor kelamin, faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang
dan malam, faktor makanan yang dikonsumsi dan faktor jenuh pencernaan air.
Hewan berdarah
panas adalah hewan yang dapat menjaga suhu tubuhnya, pada suhu-suhu tertentu
yang konstan biasanya lebih tinggi dibandingkan lingkungan sekitarnya. Sebagian
panas hilang melalui proses radiasi, berkeringat yang menyejukkan badan.
Melalui evaporasi berfungsi menjaga suhu tubuh agar tetap konstan. Contoh hewan
berdarah panas adalah
bangsa burung dan mamalia, hewan yang berdarah dingin adalah hewan yang suhu
tubuhnya kira-kira sama dengan suhu lingkungan sekitarnya
Suhu tubuh tergantung pada neraca keseimbangan
antara panas yang diproduksi atau diabsorbsi dengan panas yang hilang. Panas
yang hilang dapat berlangsung secara radiasi, konveksi, konduksi dan evaporasi.
Radiasi adalah transfer energi secara elektromagnetik, tidak memerlukan medium
untuk merambat dengan kecepatan cahaya. Konduksi merupakan transfer panas
secara langsung antara dua materi padat yang berhubungan lansung tanpa ada
transfer panas molekul.
Gambar 2.3. Adaptasi hewan terhadap suhu dingin |
Hewan mempunyai kemampuan adaptasi terhadap
perubahan suhu lingkungan. Sebagai contoh, pada suhu dingin, mamalia dan burung
akan meningkatkan laju metabolisme dengan perubahan hormon-hormon yang terlibat
di dalamnya, sehingga meningkatkan produksi panas. Pada ektoterm (misal pada
lebah madu), adaptasi terhadap suhu dingin dengan cara berkelompok dalam
sarangnya. Hasil metabolisme lebah secara kelompok mampu menghasilkan panas di
dalam sarangnya.
Beberapa adaptasi hewan untuk mengurangi
kehilangan panas, misalnya adanya bulu dan rambut pada burung dan mamalia,
otot, dan modifikasi sistim sirkulasi di bagian kulit. Kontriksi pembuluh darah
di bagian kulit dan countercurrent heat exchange adalah salah satu cara untuk
mengurangi kehilangan panas tubuh. Perilaku adalah hal yang penting dalam
hubungannya dengan termoregulasi. Migrasi, relokasi, dan sembunyi ditemukan
pada beberapa hewan untuk menurunkan atau menaikkan suhu tubuh. Gajah di daerah
tropis untuk menurunkan suhu tubuh dengan cara mandi atau mengipaskan daun
telinga ke tubuh. Manusia menggunakan pakaian adalah salah satu perilaku unik
dalam termoregulasi.
Gambar 2.3. Adaptasi fisiologis hewan |
1. Adaptasi Morfologi
Adaptasi morfologi adalah
penyesuaian pada organ tubuh yang disesuaikan dengan kebutuhan organisme hidup.
Misalnya seperti gigi singa, harimau, citah, macan, dan sebagainya yang runcing
dan tajam untuk makan daging. Sedangkan pada gigi sapi, kambing, kerbau,
biri-biri, domba dan lain sebagainya tidak runcing dan tajam karena giginya
lebih banyak dipakai untuk memotong rumput atau daun dan mengunyah makanan.
2. Adaptasi
Fisiologi
Adaptasi fisiologi
adalah penyesuaian yang dipengaruhi oleh lingkungan sekitar yang menyebabkan
adanya penyesuaian pada alat-alat tubuh untuk mempertahankan hidup dengan baik.
Contoh adapatasi fisiologis adalah seperti pada binatang / hewan onta yang
punya kantung air di punuknya untuk menyimpan air agar tahan tidak minum di
padang pasir dalam jangka waktu yang lama serta pada anjing laut yang memiliki
lapisan lemak yang tebal untuk bertahan di daerah dingin.
3. Adaptasi Tingkah Laku
Adaptasi tingkah laku adalah penyesuaian
mahkluk hidup pada tingkah laku / perilaku terhadap lingkungannya seperti pada
binatang bunglon yang dapat berubah warna kulit sesuai dengan warna yang ada di
lingkungan sekitarnya dengan tujuan untuk menyembunyikan diri.
______________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
Yuhana.”Catatan kecil
Yuhana.”http://yuhana.wordpress.com/ (diakses
tanggal 28 Maret 2012)
Rizkythea.”Contoh Makalah.” http://www.rizkythea.net/(diakses tanggal 28 Maret 2012)
Dunia. “Sistem pencernaan Hewan.” dunia2009.blogspot.com/ (diakses tanggal 28 Maret 2012)
NgeBlog,Guru.“Sistem
pencernaan Hewan” http://gurungeblog.wordpress.com/(diakses tanggal 28 Maret 2012)
Wikipediah.“Termoregulasi
pada Hewan”. http://id.wikipedia.org/wiki/Termoregulasi_hewan(diakses
tanggal 29 Maret 2012)
http://fredi-36-a1.blogspot.com/ (diakses
tanggal 29 Maret 2012)
Siswanto.2011.Proses
pencernaan pada Hewan. Bali:unud