cookieOptions = {...}; Keracunan logam berat | My veterinary day
Blogger Tips and TricksLatest Tips For BloggersBlogger Tricks

18 Maret 2014

Keracunan logam berat

ILMU PENYAKIT DALAM VETERINER II
Keracunan Logam Berat





Anggota Kelompok V :
Bina Ichsantya             (1109005036)
Putu Bulan S. D.          (1109005040)
Irma Rozalina              (1109005041)
Elsa Hidayati               (1109005042)
Elti Febilani                 (1109005047)
Noviriolla Maria         (1109005048)
Siereh Eugene M. L.    (1109005087)
A.A. Trisna Jiwani        (1109005088)
R.R. Chandra Gita       (1109005089)
Made Hermadi P.       (1190005090)
Putu Maha Suta N.      (1109005091)

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
_______________________________________________________

DOWNLOAD
_______________________________________________________


1.      Keracunan Pb
Hewan ternak yang menderita keracunan Pb dikarenakan memakan makanan yang terkontaminasi atau melalui inhalasi di lingkungan yang tercemar Pb. Menurut Aroson (1972), dari beberapa pengamatan dapat disimpulkan, bila Pb diketemukan dalam tumbuhan, hal ini merupakan akibat dari udara sekitar yang mengandung Pb atau perpindahan Pb dari tanah ke tumbuhan yang tumbuh di atas tanah yang mengandung Pb. Hasil penelitiannya menunjukkan rumput yang ditanam di tepi jalan besar dan ramai dapat mengandung 225 mg Pb/kg rumput kering dan 165 mg/kg pada jarak 7,6 meter; 99 mg/kg pada jarak 22,8 meter; 67 mg/kg pada jarak 38,1 meter; 55 mg/kg pada jarak 53,3 meter atau 46 mg/kg pada jarak 68,8 meter dari jalan besar. Sehingga semakin dekat jarak antara tanaman rumput dan jalan besar yang ramai, semakin besar kemungkinan untuk mengalami kontaminasi.
Logam Pb dan senyawa Pb sebagai penyebab keracunan pada ternak ruminansia, terdapat pada timbunan sampah di sekitar kandang. Umumnya berasal dari pecahan pipa, baterai bekas, potongan papan bercat atau benda-benda lain. Sedang senyawa Pb yang dijumpai sebagi produk dari industri, yang dapat menyebabkan keracunan Pb pada ternak adalah :
- Plumbum merah (Tri Plumbic Tetraoxide / Pb3O4) pada cat.
- Plumbum putih (Plumbum Carbonat / Pb2CO3Pb(OH)2) pada cat dan linoleum.
- Plumbum Carbonat (PbCrO4) pada cat.
- PbO2 dan PbS dari motor, merupakan bentuk yang dilepas dari bahan bakar.
- Plumbum sulfat (PbSO4) pada cat.
Pb dapat masuk tubuh melalui pernafasan, sampai di alveoli paru-paru menembus dinding alveoli dan masuk dalam sirkulasi darah. Pb yang masuk tubuh melalui saluran pencernaan akan dicerna bersama makanan dan diabsorbsi dalam usus halus, kemudian masuk kedalam sirkulasi darah dan didistribsikan ke berbagai organ tubuh dan membentuk depo dalam tubuh, terutama pada tulang. Pb setelah melalui hati dan ginjal dapat diekskresikan melalui feses dan urin. Dengan demikian walau sangat sedikit jumlah Pb yang masuk ke dalam tubuh, suatu saat pada kondisi tertentu Pb dapat secara tiba-tiba memperlihatkan gejala klinis dan membahayakan tubuh.
Umumnya keracunan pada ternak muda memperlihatkan gejala: dungu, tidak nafsu makan, dyspnoe, kolik dan diare yang kadang-kadang diikuti konstipasi. Menurut Christian dan Tryphonas (1971) gejala klinis yang muncul pada anak sapi yang keracunan Pb adalah depresi susunan syaraf pusat, kebutaan, menguak dan berlari seperti bingung, menekankan kepala dan anorexia.
Gejala klinis keracunan Pb pada ternak dewasa antara lain mengakibatkan gangguan pada syaraf: dungu, buta, jalan berputar (Buck, 1970; Christian dan Tryphonas, 1971), terdapat gerakan kepala dan leher yang terus menerus, gerakan telinga dan pengejapan katup mata (Henderson, 1979). Gejala yang timbul akibat gangguan pada gastrointestinal adalah : statis rumen dan anorexia (Christian dan Tryphonas, 1971).
Pencegahan keracunan Pb pada ternak pada dasarnya menghindarkan ternak dari sumber yang mengandung Pb, yang memungkinkan kontak dengan Pb. Ternak dijaga dari usaha mendekati dan memakan buangan sampah, gemuk mesin, bahan bakar minyak, baterai bekas dan tanah yang mungkin mengandung Pb. Bangunan peternakan dan penggembalaan tidak didirikan di dekat lokasi pabrik yang menggunakan Pb sehingga tanah dan udara tidak tercemari oleh asap, debu atau bahan buangan yang mengandung Pb. Makanan hijauan untuk ternak tidak ditanam di dekat jalan besar yang ramai, karena dapat terkontaminasi Pb yang berasal dari pembakaran bensin motor atau mobil yang lewat jalan tersebut. Bila kandang, palung dan ember minumnya dicat, dihindarkan dari penggunaan cat yang mengandung Pb.
Pada pengobatan keracunan Pb sering digunakan chelating agent sebagai antagonis dari logam Pb, yang mengikat Pb dan membentuk ikatan kompleks. Chelating agent yang khas bagi keracunan Pb adalah: Ethylenediamin Tetraacetic Acid (EDTA) atau CA-Versenat. EDTA, tidak mempunyai selektifitas yang tinggi terhadap Pb, karena itu bisa juga mengikat Ca, Mg sama baik seperti terhadap Fe, Zn dan Cu. Untuk menghindari terjadinya tetani hypocalcemia akibat pengikatan NA2EDTA terhadap kalsium dalam darah, maka diberikan dalam bentuk Calsium Dinatrium Edta atau Ca-Varsenat yang tidak mengikat kalsium darah.

2.      Keracunan Arsen
Arsen (As): Senyawa arsen yang meracuni, ternak biasanya berbentuk arsen trioksida (As203), natrium arsenit (Na3AsO3) atau senyawa organik berupa obat-obatan dan pestisida. Tanda-tanda keracunan biasanya tiba-tiba dan parah, dan berkembang dalam beberapa jam (atau sampai 24 jam). Keracunan arsenik memiliki efek besar pada saluran pencernaan dan sistem kardiovaskular. Kehilangan darah dan shock mungkin terjadi pada fase akut. Sejumlah besar kasus terjadi diare hebat, kadang-kadang diwarnai dengan darah. Sering terjadi kolik parah, dehidrasi, lemah, depresi, nadi lemah, dan hancurnya sistem sirkulasi. Hal ini dapat berjalan dari jam sampai beberapa minggu, tergantung pada jumlah arsenik dicerna hewan. Dalam keracunan sangat parah, hewan mungkin akan ditemukan tewas. Menurut penemuan terbaru, dapat menimbulkan kanker (Clark dan Clark, 1975).
Pada hewan yang sudah menunjukkan tanda-tanda keracunan, dapat dilakukan terapi cairan, transfusi darah (jika diperlukan), dan pengobatan dengan dimercaprol (penangkal arsenik) yang direkomendasikan. Hewan sangat membutuhkan terapi suportif, termasuk cairan infus untuk mengembalikan volume darah dan dehidrasi yang benar. Ginjal dan fungsi hati harus dipantau selama pengobatan.

3.      Keracunan Air Raksa (Hg) / Merkuri
Air raksa (Hg) biasanya terdapat sebagai air raksa oksida (HgO) untuk salep mata, sublimat (HgCl2) sebagai anti septika dan kalomel (Hg2Cl2) . Pencemaran air raksa ini biasanya berasal dari sisa air buangan pabrik yang mencemari air sungai dan danau, berbentuk sebagai larutan methyl mercury (HgCH3), sehingga hewan ternak yang minum air tersebut akan keracunan (Clark dan Clark, 1975) . Ternak yang keracunan senyawa air raksa secara akut digejalai oleh adanya gastro-enteritis dan diarrhea, kematian akut yang didahului oleh kolik (sakit perut) yang hebat dan temperatur tubuh yang subnormal (Bartic dan Piskoc, 1981) .
Merkuri dapat diserap melalui semua rute dan menumpuk di otak, ginjal, dan otot. Hewan tidak menunjukkan tanda-tanda sampai beberapa minggu setelah keracunan merkuri. Tanda-tanda dapat mencakup kebutaan, kegembiraan berlebihan, perilaku abnormal dan mengunyah, inkoordinasi gerak, dan kejang-kejang. Pada kucing menunjukkan kekakuan hindleg, inkoordinasi gerak, dan tremor extremitas. Tanda-tanda neurologis mungkin bersifat irreversibel.
Tes laboratorium yang digunakan untuk mendeteksi konsentrasi merkuri yang terkait dengan keracunan dalam jaringan (terutama seluruh darah, ginjal, dan otak ) dan pakan. Dimercaprol dan penicillamine kadang-kadang digunakan dalam pengobatan merkuri.

4.      Keracunan Cadmium (Cd)
Beberapa senyawa cadmium biasa diternukan sebagai obat cacing, yaitu senyawa oksid dan antranilit untuk pengobatan askariasis pada babi (Clark dan Clark, 1975). Cadmium juga sering digunakan sebagai bahan pencanipur/tambahan dalarn industri logam. Di alam, cadmium secara normal dapat diternukan dernikian pula dalam produk hewani, walaupun dalarn jurnlah yang sangat sedikit, misalnya dalam air susu 0,005 ppm, dalam daging 0,0093 ppm. Apabila terjadi pencemaran lingkungan, maka kandungan cadmium tersebut akan naik.
Ketika kadmium tertelan lalu diserap oleh sel usus dan diangkut oleh aliran darah ke hati. Dalam hati, elemen mineral ini menginduksi sintesis metallothionein, sebuah protein yang berguna dalam detoksifikasi logam berat. Namun hal ini lah yang berbahaya. Metallothionein akan bergabung dengan kadmium dan akan mengalir pada aliran darah.
Ketika  hewan menelan dosis berlebihan cadmium, dapat terakumulasi dalam organisme selama puluhan tahun dan menyebabkan keracunan akut , sub akut, atau kronis yang menyebabkan kerusakan parah pada berbagai organ seperti kerusakan morfologi dan fungsional hati, perubahan atau lesi pada ginjal, sistem saraf tulang, testis, usus, kulit dan darah.
Keracunan cadmium secara akut mengakibatkan gastro-enteritis yang hebat dan anemia. Dalam beberapa percobaan di laboratorium, keracunan cadmium dapat pula menimbulkan nekrose pad'a testis, salah bentuk (malformasi) pada foetus dan hipertensi kardio-vaskular (Russel, 1979).

5.      Keracunan Tembaga (Cu)
Tembaga (Cu) dalam tubuh makhluk hidup merupakan zat esensial yang selalu ditemukan untuk aktivitas enzimatik (Burns, 1981) . Senyawa tembaga biasanya sering digunakan dalam bidang pertanian dan kedokteran hewan. Senyawa yang paling banyak dikenali antara lain tembaga sulfat (CuS04), terdapat dalam larutan Bordeaux 1-2% . Biasanya larutan ini dipergunakan sebagai bahan pembasmi cendawan pada tanaman (fungisida) dan pembunuh siput (mokuskisida) untuk memberantas vektor penyakit cacing hati (Clark dan Clark, 1975), Menurut Bartic dan Piskoc (1981), gejala keracunan tembaga pada ternak ada tiga bentuk :
a.        Akut : adanya rasa mual, muntah, sakit perut yang hebat, kejang, lumpuh, kemudian collaps dan akhirnya mati .
b.      Sub-akut : gastroenteritis parah, ulser pada abomasum ruminansia, adanya kerusakan pada hati sehingga menyebabkan icterus jaringan, penimbunan cairan dalam paru-paru dan rongga perut, perdarahan pada saluran pencernaan, dan hemolisis. Secara histologi terdapat nekrosis nefron dan hepatosit.
c.       Kronik : terjadi hemolisis yang kronis .
Pengobatan biasanya tidak akan berhasil menyembuhkan sepenuhnya, hanya mengurangi symptom yang ada dan biasanya hanya bisa pada penyakit yang masih akut.
_______________________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Blakley, Barry R. 2011. Arsenic Poisoning. Didapat dalam situs : http://www.merckmanuals.com/pethealth/special_subjects/poisoning/arsenic_poisoning.html. Diakses pada tanggal 14 Maret 2014

Blakley, Barry R. 2011. Mercury Poisoning. Didapat dalam situs : http://www.merckmanuals.com/pethealth/special_subjects/poisoning/mercury_poisoning.html. Diakses pada tanggal 14 Maret 2014

Blakley, Barry R. 2013. Overview of Copper Poisoning. Didapat dalam situs : http://www.merckmanuals.com/vet/toxicology/copper_poisoning/overview_of_copper_poisoning.html. Diakses pada tanggal 14 Maret 2014

Darmono. Beberapa Senyawa Logam Berat dan Hubungannya dengan Keracunan Ternak. Balai Penelitian Penyakit Hewan. Bogor.

Reis, L. S. L. S., et al. 2010. Mineral Element and Heavy Metal Poisoning in Animals. Brazil : Journal of Medicine and Medical Sciences Vol. 1(12)

Rosyid. 2009. Toksisitas Timbal Pada Hewan. Didapat dalam situs : http://rosyid82.wordpress.com/2009/02/12/toksisitas-timbal-pada-hewan/. Diakses pada tanggal 14 Maret 2014


You migh also like:

Resent post


Recent Posts Widget