Farmakologi Veteriner
ANTIBIOTIK
IRMA ROZALINA
1109005041
Kelas A
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR- BALI
2012
______________________________________________
DOWNLOAD
______________________________________________
______________________________________________
DOWNLOAD
______________________________________________
ISI
Kemampuan suatu terapi antimikrobial sangat bergantung kepada obat, pejamu,
dan agen penginfeksi. Namun dalam keadaan klinik hal ini sangat sulit
untuk diprediksi mengingat kompleksnya interaksi yang terjadi di antara
ketiganya. Namun pemilihan obat yang sesuai dengan dosis yang sepadan
sangat berperan dalam menentukan keberhasilan terapi dan menghindari timbulnya
resistansi agen penginfeksi terhadap obat antibiotik.
Antibiotik adalah
senyawa kimia khas yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Antibiotik dalam kadar
rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih
mikroorganisme. Penggunaan antibiotik sebagai zat antibakteri juga mempunyai
efek negatif seperti timbulnya resistensi
bakteri terhadap aktivitas kerja obat.
Berdasarkan sifatnya
(daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1.
Antibiotik yang
bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap
bakteri.
2.
Antibiotik yang
bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan
atau multiplikasi bakteri.
Sedangkan berdasarkan cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan
bakteri dapat bermacam-macam, namun dengan tujuan yang sama yaitu
untuk menghambat perkembangan bakteri. Oleh karena itu mekanisme kerja
antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam organisme dapat dijadikan
dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik. Salah mekanisme kerja antibiotik tersebut adalah dengan menghambat
sintesis protein.
Antibiotik Penghambat Sintesis Protein
Umumnya penghambatan sintesis protein sel bakteri karena senyawa
ini membuat Staphylococcus aureus salah membaca kode pada
mRNA
oleh tRNA
(hambatan translasi dan transkripsi bahan
genetik). Kloramfenikol,
eritromisin,
linkomisin, tetrasiklin,
dan aminoglikosida juga
bersifat menghambat sintesis protein sel bakteri.
Senyawa
antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini,
diharapkan mempunyai selektifitas yang
tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang dihambat. Umumya senyawa penghambat akan
berikatan dengan enzim atau
salah satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga akhirnya
reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat yang
direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk.
Yang termasuk ke dalam antibiotik
penghambat sintesis protein ini adalah Macrolide, Aminoglycoside,
Tetracycline, Chloramphenicol, Kanamycin, Oxytetracycline.
1)
Macrolide,
Macrolide meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan
bakteri dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan
demikian akan menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk
sintesis protein.
Peristiwa ini bersifat bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal
ini dapat bersifat bakteriosidal. Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan
akan dihantarkan ke tempat terjadinya infeksi. Macrolide biasanya digunakan
untuk Diphteria, Legionella mycoplasma, dan Haemophilus.
Sekarang ini antibiotika Makrolida yang beredar di pasaran
obat Indonesia adalah Eritomisin, Spiramisin, Roksitromisin, Klaritromisin dan
Azithromisin.
Eritrhomycin
Merupakan salah satu antibiotika golongan makrolida,
bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Antibiotika golongan Makrolida mempunyai persamaan yaitu
terdapatnya cincin Lakton yang besarnya dalam rumus molekulnya.
Golongan Makrolida ini menghambat sintesis protein kuman
dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50 S, dan
bersifat bakteriostatik atau bakterisida tergantung dari jenis kuman dan kadar
obat Makrolida.
2)
Aminoglikosid
Aminoglikosid meliputi
Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan antibiotik bakterisidal yang
berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat sintesis protein.
Antibiotik ini bekerja dengan menghambat sintesis protein
dari bakteri. Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih
gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa.
Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus
lainnya. Seperti Streptomyces griseus untuk Streptomisin, Streptomyses fradiae
untuk Neomisin, Streptomyces kanamyceticus untuk Kanamisin, Streptomyces
tenebrarius untuk Tobramisin, Micromomospora purpures untuk Gentamisin dan
Asilasi kanamisin A untuk Amikasin.
Aminoglikosid dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram
negatif. Aminoglikosid pertama yang ditemukan adalah Streptomisin. Antibiotika
lain untuk bakteri gram negatif adalah golongan Sefalosporin generasi 3 yang
lebih aman, akan tetapi karena harganya masih mahal banyak dipakai golongan
Aminoglikosid.
Aktivitas bakteri Aminoglikosid dari Gentamisin, Tobramisin,
Kanamisin, Netilmisin dan Amikasin terutama tertuju pada basil gram negatif
yang aerobik (yang hidup dengan oksigen). Masalah resistensi merupakan
kesulitan utama dalam penggunaan Streptomisin secara kronik. Misalnya pada
terapi Tuberkulosis atau endokarditis bakterial subakut. Resistensi terhadap
Streptomisin dapat cepat terjadi, sedangkan resistensi terhadap Aminoglikosid
lainnya terjadi lebih berangsur-angsur.
3)
Tetracyclin
Tetracyclin merupakan
antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal 16S-30S dan
mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan
demikian akan menghambat translasi protein. Namun antibiotik jenis ini
memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan dampaknya
terhadap ginjal dan hati.
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Antibiotik
golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang
dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin
dari Streptomyces rimosus. Berita tentang Tetrasiklin yang dipatenkan pertama
kali tahun 1955.
Antibiotika golongan
tetrasiklin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Tetrasiklin
merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah
satu penemuan antibiotika penting. Tetrasiklin sendiri dibuat secara
semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies
Streptomyces lain.
Mekanisme Kerja Tetrasiklin
Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat
bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman.
Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika
Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi
pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi aktif.
Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom
bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan
menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino, sehingga
bakteri tidak dapat berkembang biak.
Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama
(sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari
aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang
cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.
4)
Chloramphenicol
Chlorampenicol merupakan
antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein dan biasanya
digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella. Chlorampenicol diisolasi pertama kali tahun 1947 dari kultur streptomyces venazuelae.
Fisiokimia antibiotik ini berwujud kristal putih, netral,
stabil, larut dalam alkohol tetapi sedikit larut air. Chlorampenicol succinate
(parenterak) larut dalam air, dihidrolisis menjadi chloramphenicol bebas.
Chlorampenicol secara potensial menghambat sintesis mikroba.
Berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50S bakteri, yaitu
menghambat peptidyl transferase. Dan resistensi karena produksi chlorampenicol ecetyltransferase,
enzim yang menginaktivasi obat.
Chlorampenicol kristal; diserap dengan cepat dan baik dan Chlorampenicol
palmitate (pro drug) dihidrolisis di usus menjadi free chlorampenicol. Distribusinya
luas ke seluruh jaringan dan cairan tubuh termasuk CNS dan cairan cerebrospinal.
Sekitar 60-90% terikat dengan protoplasma.
Sebagian besar obat diinaktivasi melalui conjungasi dengan
asam glukoronat atau reduksi menjadi arulanin inaktif. Dan ekskresi
chlorampenicol aktif (10%) dan inaktitifasi (90%) melalui urin. Namun sebagian kecil
obat aktif diekskresi melalui empedu atau feses.
Karena toksisitas, teisistensi dan adanya obat lain yang
efektif seperti cephalosporins, chlorampenicol sudah ditinggalkan sebagai systemic
drug. Sebagai alternative terhadap beta- lactam antibiotik untuk terapi
bakterial meningitis karena pneumococcus atau maningococcus yang resisten
penicilin atau alergi penicilin. Tropically untuk terapi infeksi mata karena
berspektrum luas dan penetrasinya jaringan mata dan aqueous humor.
Interaksi chlorampenicol dengan obat lain dapat menghambat enzim
mikrosomal hepar dan T1/2 diperpanjang dan kadar dalam serum
meningkat (seperti phenytoin, tolbutamiede, chlorpropamide, warfarin).
Obat ini jika dikonsumsi dapat meninbulkan efek samping
seperti gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare. Atau gangguan
sum- sum tulang seperti suppesi produksi eritrosit dan anemia aplastic
(1/24000-40000).
Selain itu juga menimbulkan Toksisitas pada bayi karena
hilangnya efektivitas mekanisme degradasi oleh konyugasi asam glukorunat dan
detoksifikasi chlorampenicol jika dosisnya lebih dari 50 mg/kg/d, yang
menybabkan gray baby syndrome yang gejalanya seperti muntah, bayi menjadi
lemah, berwarna abu- abu, shock, collapse.
______________________________________________
PENUTUP
Kesimpulan
Antibiotik
adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup
termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar
rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih
mikroorganisme
Antibiotik
yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah
Macrolide, Aminoglycoside, Tetracycline, Chloramphenicol, Kanamycin, Oxytetracycline
·
Macrolide,
meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri dengan
cara berikatan pada subunit 50S ribosom dan biasanya digunakan untuk Diphteria, Legionella
mycoplasma, dan Haemophilus.
·
Aminoglycoside
meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan antibiotik
bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S
·
Tetracycline
merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal
16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom.
·
Chloramphenicol
merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein dan
biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.
______________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Tobing, Rod.
“Antibiotik: Mekanisme Cara Kerja dan Klasifikasinya”. http://sectiocadaveris.wordpress.com/ 8 Mei 2012
Budiman,
Arif. 2010. “Penggolongan Antibiotika”. http://mediacerebri.wordpress.com/ 8 Mei 2012