cookieOptions = {...}; Antibiotik | My veterinary day
Blogger Tips and TricksLatest Tips For BloggersBlogger Tricks

06 Februari 2014

Antibiotik

Farmakologi Veteriner
  ANTIBIOTIK


IRMA ROZALINA
1109005041
Kelas A



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR- BALI
2012
______________________________________________

DOWNLOAD
______________________________________________
ISI
Kemampuan suatu terapi antimikrobial sangat bergantung kepada obat, pejamu, dan agen penginfeksi. Namun dalam keadaan klinik hal ini sangat sulit untuk diprediksi mengingat kompleksnya interaksi yang terjadi di antara ketiganya. Namun pemilihan obat yang sesuai dengan dosis yang sepadan sangat berperan dalam menentukan keberhasilan terapi dan menghindari timbulnya resistansi agen penginfeksi terhadap obat antibiotik.
Antibiotik adalah senyawa kimia khas yang dapat mengganggu pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan. Antibiotik dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Penggunaan antibiotik sebagai zat antibakteri juga mempunyai efek negatif seperti timbulnya resistensi bakteri terhadap aktivitas kerja obat.
Berdasarkan sifatnya (daya hancurnya) antibiotik dibagi menjadi dua:
1.             Antibiotik yang bersifat bakterisidal, yaitu antibiotik yang bersifat destruktif terhadap bakteri.
2.             Antibiotik yang bersifat bakteriostatik, yaitu antibiotik yang bekerja menghambat pertumbuhan atau multiplikasi bakteri.

Sedangkan berdasarkan cara yang ditempuh oleh antibiotik dalam menekan bakteri dapat bermacam-macam, namun dengan tujuan yang sama yaitu untuk menghambat perkembangan bakteri. Oleh karena itu mekanisme kerja antibiotik dalam menghambat proses biokimia di dalam organisme dapat dijadikan dasar untuk mengklasifikasikan antibiotik. Salah mekanisme kerja antibiotik tersebut adalah dengan menghambat sintesis protein.

 

Antibiotik Penghambat Sintesis Protein

Umumnya penghambatan sintesis protein sel bakteri karena senyawa ini membuat Staphylococcus aureus salah membaca kode pada mRNA oleh tRNA (hambatan translasi dan transkripsi bahan genetik). Kloramfenikol, eritromisin,  linkomisin, tetrasiklin, dan aminoglikosida juga bersifat menghambat sintesis protein sel bakteri.
Senyawa antibakteri yang bekerja dengan senyawa ini, diharapkan mempunyai selektifitas yang tinggi, sehingga hanya sintesis asam nukleat bakteri saja yang dihambat. Umumya senyawa penghambat akan berikatan dengan enzim atau salah satu komponen yang berperan dalam tahapan sintesis, sehingga akhirnya reaksi akan terhenti karena tidak ada substrat yang direaksikan dan asam nukleat tidak dapat terbentuk.
 Yang termasuk ke dalam antibiotik penghambat sintesis protein ini adalah Macrolide, Aminoglycoside, Tetracycline, Chloramphenicol, KanamycinOxytetracycline.

1)             Macrolide,
Macrolide meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translokasi peptidil tRNA yang diperlukan untuk sintesis protein.
Peristiwa ini bersifat bakteriostatis, namun dalam konsentrasi tinggi hal ini dapat bersifat bakteriosidal. Macrolide biasanya menumpuk pada leukosit dan akan dihantarkan ke tempat terjadinya infeksi. Macrolide biasanya digunakan untuk DiphteriaLegionella mycoplasma, dan Haemophilus.
Sekarang ini antibiotika Makrolida yang beredar di pasaran obat Indonesia adalah Eritomisin, Spiramisin, Roksitromisin, Klaritromisin dan Azithromisin.

Eritrhomycin
Merupakan salah satu antibiotika golongan makrolida, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Antibiotika golongan Makrolida mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin Lakton yang besarnya dalam rumus molekulnya.
Golongan Makrolida ini menghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara reversibel dengan Ribosom subunit 50 S, dan bersifat bakteriostatik atau bakterisida tergantung dari jenis kuman dan kadar obat Makrolida.
2)             Aminoglikosid
Aminoglikosid meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan antibiotik bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S sehingga menghambat sintesis protein.
Antibiotik ini bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Aminoglikosid merupakan senyawa yang terdiri dari 2 atau lebih gugus gula amino yang terikat lewat ikatan glikosidik pada inti heksosa.
Aminoglikosid merupakan produk streptomises atau fungus lainnya. Seperti Streptomyces griseus untuk Streptomisin, Streptomyses fradiae untuk Neomisin, Streptomyces kanamyceticus untuk Kanamisin, Streptomyces tenebrarius untuk Tobramisin, Micromomospora purpures untuk Gentamisin dan Asilasi kanamisin A untuk Amikasin.
Aminoglikosid dari sejarahnya digunakan untuk bakteri gram negatif. Aminoglikosid pertama yang ditemukan adalah Streptomisin. Antibiotika lain untuk bakteri gram negatif adalah golongan Sefalosporin generasi 3 yang lebih aman, akan tetapi karena harganya masih mahal banyak dipakai golongan Aminoglikosid.
Aktivitas bakteri Aminoglikosid dari Gentamisin, Tobramisin, Kanamisin, Netilmisin dan Amikasin terutama tertuju pada basil gram negatif yang aerobik (yang hidup dengan oksigen). Masalah resistensi merupakan kesulitan utama dalam penggunaan Streptomisin secara kronik. Misalnya pada terapi Tuberkulosis atau endokarditis bakterial subakut. Resistensi terhadap Streptomisin dapat cepat terjadi, sedangkan resistensi terhadap Aminoglikosid lainnya terjadi lebih berangsur-angsur.

3)             Tetracyclin
Tetracyclin merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom, sehingga dengan demikian akan menghambat translasi protein. Namun antibiotik jenis ini memiliki efek samping yaitu menyebabkan gigi menjadi berwarna dan dampaknya terhadap ginjal dan hati.
Tetrasiklin pertama kali ditemukan oleh Lloyd Conover. Antibiotik golongan tetrasiklin yang pertama ditemukan adalah Klortetrasiklin yang dihasilkan oleh Streptomyces aureofaciens. Kemudian ditemukan Oksitetrasiklin dari Streptomyces rimosus. Berita tentang Tetrasiklin yang dipatenkan pertama kali tahun 1955.
 Antibiotika golongan tetrasiklin, bekerja dengan menghambat sintesis protein dari bakteri. Tetrasiklin merupakan antibiotika yang memberi harapan dan sudah terbukti menjadi salah satu penemuan antibiotika penting. Tetrasiklin sendiri dibuat secara semisintetik dari Klortetrasiklin, tetapi juga dapat diperoleh dari spesies Streptomyces lain.

Mekanisme Kerja Tetrasiklin
Golongan Tetrasiklin termasuk antibiotika yang bersifat bakteriostatik dan bekerja dengan jalan menghambat sintesis protein kuman. Golongan Tetrasiklin menghambat sintesis protein bakteri pada ribosomnya.
Paling sedikit terjadi 2 proses dalam masuknya antibiotika Tetrasiklin ke dalam ribosom bakteri gram negatif; pertama yang disebut difusi pasif melalui kanal hidrofilik, kedua ialah sistem transportasi aktif.
Setelah antibiotika Tetrasiklin masuk ke dalam ribosom bakteri, maka antibiotika Tetrasiklin berikatan dengan ribosom 30s dan menghalangi masuknya komplek tRNA-asam amino pada lokasi asam amino, sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak.
Pada umumnya efek antimikroba golongan Tetrasiklin sama (sebab mekanisme kerjanya sama), namun terdapat perbedaan kuantitatif dari aktivitas masing-masing derivat terhadap kuman tertentu. Hanya mikroba yang cepat membelah yang dipengaruhi antibiotika Tetrasiklin.

4)             Chloramphenicol
Chlorampenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein dan biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella. Chlorampenicol diisolasi pertama kali tahun 1947  dari kultur streptomyces venazuelae.
Fisiokimia antibiotik ini berwujud kristal putih, netral, stabil, larut dalam alkohol tetapi sedikit larut air. Chlorampenicol succinate (parenterak) larut dalam air, dihidrolisis menjadi chloramphenicol bebas.


Chlorampenicol secara potensial menghambat sintesis mikroba. Berikatan secara reversible dengan ribosom subunit 50S bakteri, yaitu menghambat peptidyl transferase. Dan resistensi karena produksi chlorampenicol ecetyltransferase, enzim yang menginaktivasi obat.
Chlorampenicol kristal; diserap dengan cepat dan baik dan Chlorampenicol palmitate (pro drug) dihidrolisis di usus menjadi free chlorampenicol. Distribusinya luas ke seluruh jaringan dan cairan tubuh termasuk CNS dan cairan cerebrospinal. Sekitar 60-90% terikat dengan protoplasma.
Sebagian besar obat diinaktivasi melalui conjungasi dengan asam glukoronat atau reduksi menjadi arulanin inaktif. Dan ekskresi chlorampenicol aktif (10%) dan inaktitifasi (90%) melalui urin. Namun sebagian kecil obat aktif diekskresi melalui empedu atau feses.
Karena toksisitas, teisistensi dan adanya obat lain yang efektif seperti cephalosporins, chlorampenicol sudah ditinggalkan sebagai systemic drug. Sebagai alternative terhadap beta- lactam antibiotik untuk terapi bakterial meningitis karena pneumococcus atau maningococcus yang resisten penicilin atau alergi penicilin. Tropically untuk terapi infeksi mata karena berspektrum luas dan penetrasinya jaringan mata dan aqueous humor.
Interaksi chlorampenicol dengan obat lain dapat menghambat enzim mikrosomal hepar dan T1/2 diperpanjang dan kadar dalam serum meningkat (seperti phenytoin, tolbutamiede, chlorpropamide, warfarin).
Obat ini jika dikonsumsi dapat meninbulkan efek samping seperti gangguan gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare. Atau gangguan sum- sum tulang seperti suppesi produksi eritrosit dan anemia aplastic (1/24000-40000).
Selain itu juga menimbulkan Toksisitas pada bayi karena hilangnya efektivitas mekanisme degradasi oleh konyugasi asam glukorunat dan detoksifikasi chlorampenicol jika dosisnya lebih dari 50 mg/kg/d, yang menybabkan gray baby syndrome yang gejalanya seperti muntah, bayi menjadi lemah, berwarna abu- abu, shock, collapse.
______________________________________________
       
PENUTUP
Kesimpulan
Antibiotik adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme hidup termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme
Antibiotik yang menghambat sintesis protein. Yang termasuk ke dalam golongan ini adalah Macrolide, Aminoglycoside, Tetracycline, Chloramphenicol, KanamycinOxytetracycline
·           Macrolide, meliputi Erythromycin dan Azithromycin, menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara berikatan pada subunit 50S ribosom dan biasanya digunakan untuk DiphteriaLegionella mycoplasma, dan Haemophilus.
·           Aminoglycoside meliputi Streptomycin, Neomycin, dan Gentamycin, merupakan antibiotik bakterisidal yang berikatan dengan subunit 30S/50S
·           Tetracycline merupakan antibiotik bakteriostatis yang berikatan dengan subunit ribosomal 16S-30S dan mencegah pengikatan aminoasil-tRNA dari situs A pada ribosom.
·           Chloramphenicol merupakan antibiotik bakteriostatis yang menghambat sintesis protein dan biasanya digunakan pada penyakit akibat kuman Salmonella.
 ______________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

Tobing, Rod. “Antibiotik: Mekanisme Cara Kerja dan Klasifikasinya”. http://sectiocadaveris.wordpress.com/ 8 Mei 2012

Budiman, Arif. 2010. “Penggolongan Antibiotika”.  http://mediacerebri.wordpress.com/ 8 Mei 2012

Wikipedia. “Antibakteri”. http://id.wikipedia.org/ 8 Mei 2012

You migh also like:

Resent post


Recent Posts Widget