cookieOptions = {...}; Teknik Operasi Phimosis dan Paraphimosis | My veterinary day
Blogger Tips and TricksLatest Tips For BloggersBlogger Tricks

15 Oktober 2014

Teknik Operasi Phimosis dan Paraphimosis

Tugas Bedah Khusus Veteriner


TEKNIK OPERASI PHIMOSIS DAN PARAPHIMOSIS


Arista Novi Sandra                              11-26
Priscilla Maria Sariyono Putri             11-27
Muhammad Andry Rahim                   11-30
Agar Sektiono Widodo                        11-32
Irenius Rea Adja Dji                            11-33
Nur Hanifah Septiani                           11-34
Cyrilus Jefferson Bour                         11-35
Bina Ichsantya                                      11-36
Putu Bulan Sasmita Dewi                    11-40
Irma Rozalina                                       11-41



FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
______________________________________________

DOWNLOAD 
______________________________________________

BAB I
PENDAHULUAN

Phimosis adalah kondisi dimana kulit yang melingkupi kepala penis (glans penis) tidak bisa ditarik ke belakang untuk membuka seluruh bagian kepala penis(kulup, prepuce, preputium, foreskin).Sedangkan Paraphimosis adalah suatu kondisi dimana prepusium penis yang di retraksi sampai di sulkus koronarium tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula dan timbul jeratan pada penis dibelakang sulkus koronarius. Kulit preputium setelah ditarik ke belakang batang penis tidak dapat dikembalikan ke posisi semula (ke depan batang penis) sehingga penis menjadi terjepit. 
Preputium terdiri dari dua lapis, bagian dalam dan luar, sehingga dapat ditarik ke depan dan belakang pada batang penis. Pada fimosis, lapis bagian dalam preputium melekat pada glans penis. Kadangkala perlekatan cukup luas sehingga hanya bagian lubang untuk berkemih (meatus urethra externus) yang terbuka. Fimosis (phimosis) bisa merupakan kelainan bawaan sejak lahir (kongenital).

Gambar 1. Kasus Paraphimosis
Gambar 2. Kasus Phimosis
Indikasi  Parafimosis adalah pada saat tindakan menarik prepusium ke proksimal yang biasanya di lakukan pada saat bersenggama atau masturbasi atau sehabis pemasangan kateter tetapi preputium tidak dikembalikan ketempat semula secepatnya . Parafimosis atau pembengkakan yang sangat nyeri pada prepusium bagian distal dari phimotic ring, terjadi bila prepusium tetap retraksi untuk waktu lama.Hal ini menyebabkan terjadinya obstruksi vena dan bendungan pada glans penis yang sangat nyeri.  Pembengkakan dapat membuat penurunan prepusium yang meliputi glans penis menjadi sulit. Seiring waktu, gangguan aliran vena dan limfatik ke penis menjadi terbendung dan semakin membengkak. Dengan berjalannya proses pembengkakan, suplai darah menjadi berkurang dan dapat menyebabkan terjadinya infark/nekrosis penis, gangren, bahkan autoamputas. 
______________________________________________

BAB II
TUJUAN DAN MANFAAT

2.1 Tujuan
Tujuan penulisan ini pada umumnya adalah untuk memenuhi tugas. Namun, seiring perlunya mahasiswa dengan pokok bahasan ini, maka tujuan lainnya adalah untuk melatih keterampilan mahasiswa agar bisa mendiagnosa parafimosis  karena jika parafimosis tidak segera diterapi, hal ini dapat mengganggu aliran darah ke ujung distal dari penis (penis tip).

2.2 Manfaat
Penulisan ini bisa menambah pengetahuan mahasiswa dalam melakukan tindakan operasi pada kasus yang ekstrim seperti parafimosis ini. Teknik operasi ini mungkin dapat menyebabkan kerusakan atau cedera ujung penis, gangren maupun hilangnya ujung penis (penis tip). 
 ______________________________________________


BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1  Phimosis dan Paraphimosis
Phimosis adalah keadaan di mana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga hewan menjadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.
Phimosis dapat menyebabkan penumpukan smegma (kotoran hasil sekresi kelenjar kulup) di sekitar kepala penis. Penumpukan smegma tersebut dapat mendukung penyebaran berbagai bakteri penyebab peradangan. Jika phimosis menyebabkan kesulitan buang air kecil sehingga urin tertahan di saluran kencing (uretra) maka dapat terjadi infeksi uretra.
Paraphimosis (paraphimosis) Merupakan kebalikan dari Phimosis dimana kulit preputium setelah ditarik ke belakang batang penis, preputium tidak dapat dikembalikan ke posisi semula (ke depan batang penis) sehingga penis menjadi terjepit.
Paraphimosis pada anjing jantan dapat  menyebabkan ketidak mampuan penis  anjing untuk menarik penis kembali keposisi semula yang  benar, hal ini biasa terjadi  seperti selama proses kawin. Hal ini mungkin tampak ereksi diperpanjang, atau penis lembek yang tidak dapat kembali keposisi yang  benar di dalam preputiumnya. Kondisi ini dapat mempengaruhi setiap anjing jantan dari segala usia, dan dapat menciptakan masalah tambahan dan sejumlah besar rasa sakit. Paraphimosis adalah kondisi serius yang memerlukan perhatian medis segera.

3.2 Penyebab Paraphimosis
Paraphimosis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, genetik atau sebaliknya. Jika penis anjing memiliki bukaan preputial menyempit atau ada luka atau patah tulang pada organ, hal ini dapat menyebabkan paraphimosis. Penyebab umum dari kondisi ini adalah kekusutan rambut di sekitar pangkal penis. Hal ini dapat menyebabkan band ketat yang mengencangkan dan mencegah penis dari mencabut alami. Tumor tertentu, kanker atau kondisi yang berhubungan dengan disfungsi ereksi dapat menyebabkan paraphimosis. Demikian juga, intrusi benda asing atau infeksi di dalam penis dapat menyebabkan gejala terjadi.

3.3    Gejala klinis
·         prepusium tidak bisa ditarik ke belakang
·         Balloning
·         Sakit saat berkemih
·         Sulit kencing
·         Pancaran kencing sedikit
·         Kulit penis tak bisa ditarik ke arah pangkal
·         Air seni keluar tidak lancar. Kadang-kadang menetes dan kadang-kadang memancar tidak beraturan
·         Bisa juga disertai demam
·         Iritasi pada penis.

3.4    Komplikasi
·         Ketidaknyamanan/nyeri saat berkemih
·         Akumulasi sekret dan smegma di bawah preputium yang kemudian terkena infeksi sekunder dan akhirnya terbentuk jaringan parut.
·         Pada kasus yang berat dapat menimbulkan retensi urin.
·         Penarikan preputium secara paksa dapat berakibat kontriksi dengan rasa nyeri dan pembengkakan glans penis yang disebut paraPhimosis.
·         Pembengkakan/radang pada ujung kemaluan yang disebut ballonitis.
·         Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan, kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
·         Phimosis merupakan salah satu faktor risiko terjadinya kanker penis.

3.5  Terapi
Ada tiga cara untuk mengatasi phimosis yaitu :
a)      Menghilangkan masalah phimosis secara permanen. Rekomendasi ini diberikan terutama bila phimosis menimbulkan kesulitan buang air kecil atau peradangan di kepala penis (balanitis).
b)      Terapi obat dapat diberikan dengan salep yang meningkatkan elastisitas kulup.Pemberian salep kortikoid (0,05-0,1%) dua kali sehari selama 20-30 hari, harusdilakukan secara teratur dalam jangka waktu tertentu agar efektif.
c)      Terapi peregangan dilakukan dengan peregangan bertahap. Peregangan ini harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari luka yang menyebabkan pembentukan parut.Phimosis kongenital seyogianya dibiarkan saja. Upaya untuk membersihkan alat kelamin dengan menarik kulit preputium secara berlebihan ke belakang sangat berbahaya karena dapat menyebabkan luka, phimosis didapat, bahkan paraphimosis. Seiring dengan berjalannya waktu, perlekatan antaralapis bagian dalam kulit preputium dan glans penis akan lepas dengan sendirinya.Walaupun demikian, jika phimosis menyebabkan hambatan aliran air seni, diperlukantindakan sirkumsisi (membuang sebagian atau seluruh bagian kulit preputium) atauteknik bedah plastik lainnya seperti preputioplasty (memperlebar bukaan kulit preputium tanpa memotongnya

3.6 Indikasi Dilakukan Operasi
Walau bisa diterapi tanpa operasi, pada beberapa keadaan, phimosis maupun paraphimosis harus dilakukan operasi. Seperti pada keadaan:
·         Tumor
·         Phimosis atau paraphimosis kronis
·         Hewan sangat kesulitan saat urinasi 
______________________________________________


BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Anastesi
Anestesi  yang digunakan pada operasi phimosis dan paraphimosis dapat dilakukan dalam dua cara, yaitu anestesi lokal ataupun umum. Anestesi lokal digunakan apabila pasien dapat di restrain dengan baik. Apabila sebaliknya, restrain tidak bisa dilakukan, dapat menggunakan anestesi umum. Pada pelaksanaan anestesi umum dilakukan dengan menyuntikan atropin secara IM yang bertujuan untuk mencegah terjadinya muntah. Setelah 10 menit maka dilakukan penyuntikan xylazin dan ketamin sebagai obat untuk anesthesi sesuai dengan dosis. Pada anastesi lokal, anastesi dilakukan dengan lidokain 2% yang disuntukan secara SC pada preputium.

4.2 Pre-Operasi
Adapun alat dan bahan yang perlu dipersiapkan sebelum dilakuannya operasi sebagai berikut :
1.      Meja bedah, alat bedah minor, spuit, needle, kain drep, tampon, kasa
2.      Benang absorbable dan non absorbable, sarung tangan, alkohol 70%, iodine tincture 3%, antibiotik, lidocaine 2% atau ketamin-xylazin dan atropin sulfat.
3.      Ruang dan tempat operasi dibersihkan, peralatan bedah disterilkan, serta dipersiapkan obat-obatan yang diperlukan.
4.      Dilakukan pemeriksaan fisik dan laboratorium terhadap pasien. Pasien dipuasakan selama 8-12 jam dengan tujuan untuk menghindari dampak pemberian anestesi dan untuk membersihkan saluran cerna.
5.      Operator harus siap melaksanakan operasi, telah memahami prosedur operasi, terampil, siap fisik dan mental.
6.      Setelah semuanya siap, hewan dapat memasuki ruang operasi. Kemudian dibaringkan dengan posisi ventrodorsal recumbency.
7.      Persiapan terakhir adalah membersihkan rambut yang ada di sekitar site operasi dan menutup site operasi dengan kain drep.
4.3 Teknik Operasi untuk Phimosis pada anjing:
1.      Dibuat insisi pada bagian kraniodorsal preputium melalui kulit, jaringan subcutan untuk memperlebar lubang preputium.
2.      Dibuang sedikit preputium (3-5 mm) sehingga penis bisa keluar.
3.      Mukosa penis yang tepat dibelakang gland penis dan preputium dipertautkan dengan jahitan simple interrupted dengan benang non absorbable.
4.      Hal ini akan membuat gland penis berada diluar preputium secara permanen
5.      Insisi dengan bentuk lingkaran juga dapat dilakukan untuk memperlebar lubang preputium.

4.4 Pasca Operasi
Setelah operasi, luka dibersihkan dnegan menggunakan betadine dan ditutup dengan kasa. Bila memungkinkan, hewan dikandangkan, dipasangkan Elizabeth collar, dan disuntikan antibiotic sesuai dosis. Setelahnya, harus diperhatikan dalam beberapa waktu bagaimana urinasinya.

4.5 Teknik Operasi Paraphimosis
1.      Hewan dipersiapakn seperti biasa untuk operasi, dianestesi dan dibaringkan pada punggungnya (ventrodorsal recumbency)
2.      Pada kasus paraphimosis akibat tumor misalnya, harus di tangani tumornya terlebuh dahulu.
 Gambar 3. Kasus tumor yang menyebabkan paraphimosis

3.      Setelah tumornya ditangani, preputium dijahit pada penis untuk membiarkan luka operasi tumor kering. Penjahitan ini menggunakan pola simple interrupted dengan benang non absorbable.
Gambar 2. Penjahitan preputium pada penis

4.      Setelah 7 hari (atau saat luka akibat operasi tumor sembuh), jahitan dibuka dan secara perlahan lalu penis dikembalikan pada posisi normalnya.
Gambar 3. Setelah penis dimasukan kembali ke preputium

4.6 Pasca Operasi Paramphimosis
Pada kasus paraphimosis akibat tumor, terdapat dua tahap pasca operasi.
1.      Pada saat setelah tumor diangkat, yang harus dilakukan adalah :
a.       menjaga luka akibat operasi dengan mengkandangkannya juga menjaga kandang tetap bersih, memasang Elizabeth collar dan membalut luka dengan kasa yang rutin diganti
b.      menyuntikan antibiotic secara IM sesuai dosis
c.       memperhatikan hewan saat urinasi agar tidak sembarangan
2.      Pada saat penis dikembalikan kedalam preputium :
a.       Perhatikan urinasi hewan selama 3 hari setelahnya
b.      Perhatikan apakah tumor kambuh kembali
c.       Apabila kedua kejadian tersebut terjadi, segera hubungi dokter hewan terdekat
 ______________________________________________

BAB V
PENUTUP

5.1    Kesimpulan
Phimosis adalah keadaan di mana kulit penis (preputium) melekat pada bagian kepala penis (glans) dan mengakibatkan tersumbatnya lubang saluran air seni, sehingga hewan menjadi kesulitan dan kesakitan saat kencing.
Paraphimosis (paraphimosis) Merupakan kebalikan dari Phimosis dimana kulit preputium setelah ditarik ke belakang batang penis, preputium tidak dapat dikembalikan ke posisi semula (ke depan batang penis) sehingga penis menjadi terjepit.
Anastesi yang dilakukan bisa lokal maupun umum sesuai keadaan. Prinsip teknik operasi nya kurang lebih sama yaitu bagaimana mengembalikan penis ke keadaan yang tidak menimbulkan kesakitan. Pada kasus phimosis, dilakukan dnegan cara menjahit preputium dan bagian dibelakang gland penis menjadi satu. Dan pada paraphimosis, dengan cara menghilangkan sebabnya agar penis bisa kembali kedalam preputium.

5.2    Saran
a.       Saran kepada mahasiswa FKH : karena literature yang sangat sedikit, diharapkan mencari tahu lagi tentang teknik operasi ini agar dimasa depan dapat membantu.
b.      Saran kepada masyarakat : agar tidak menyepelekan keadaan ini dan langsung menghubungi dokter hewan untuk penanganan lebih lanjut
______________________________________________

DAFTAR PUSTAKA

A, Kumar, dkk. 2012. Transmissible Venereal Tumor Induced Paraphimosis in Dogs. Journal of Advanced Veterinary Research Volume 2 (2012) 48-49
Anonim. 2012. Phimosis in Dogs. Terdapat pada : [http://www.vetinfo.com/phimosis-in-dogs.html#b]. diakses pada Sabtu, 11 Oktober 2014
Davidson, Autumn P., 2013. Paraphimosis in Small Animals. Terdapat pada : [http://www.merckmanuals.com/vet/reproductive_system/reproductive_diseases_of_the_male_small_animal/paraphimosis_in_small_animals.html]. diakses pada Sabtu, 11 Oktober 2014
Iqbal, A, dkk. 2011. Paraphimosis in a Great Dane Dog - A Case Report. Journal of Advanced Veterinary Research Volume 1 (2011) 26-27
Pavletic, Michael M. 2005. Management of Canine Paraphimosis. Standards Of Care: Emergency and Critical Care Medicine, Angell Animal Medical Center, Boston, Massachusetts
Shakoor, A, dkk. 2011. Surgical Retrification of Paraphimosis Associated with Tumourous Growth in a Dog. IJAVMS, Vol. 5, Issue 5, 2011 : 425-455
Sudisma, I.G.N. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan Teknik Operasi. Bali : Udayana University Press



You migh also like:

Resent post


Recent Posts Widget