BEDAH UMUM VETERINER
Anggota Kelompok :
Irma Rozalina (1109005041)
Elsa Hidayati (1109005042)
Elti Febilani (1109005047)
Noviriolla Maria (1109005048)
Siereh Eugene M. L. (1109005087)
A.A. Trisna Jiwani (1109005088)
R.R. Chandra Gita (1109005089)
Made Hermadi Putra (1109005090)
Made Hermadi Putra (1109005090)
Putu Mahasuta Negara(1109005091)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
______________________________________________
DOWNLOAD
______________________________________________
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka
adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat
disebabkan oleh trauma benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat kimia,
ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. Ketika luka timbul, beberapa
efek akan muncul : hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, perdarahan dan
pembekuan darah, kontaminasi bakteri, serta, kematian sel.
Proses
yang kemudian terjadi pada jaringan yang rusak ini ialah penyembuhan luka.
Respon terhadap kerusakan jaringan/organ serta usaha pengembalian kondisi
homeostasis sehingga dicapai kestabilan fisiologis jaringan atau organ yang
pada kulit terjadi penyusunan kembali jaringan kulit ditandai dengan
terbentuknya epitel fungsional yang menutupi luka. Pada jejas yang lebih luas,
mungkin tidak sempurna hasilnya secara fungsional.
Luka
kulit sembuh melalui proses penyembuhan primer atau penyembuhan sekunder.
Proses penyembuhan tersebut pada dasarnya merupakan proses yang sama namun
perbedaannya lebih karena sifat luka itu sendiri yaitu dari segi keluasannya. Kesembuhan
luka primer adalah penyembuhan luka yang kedua tepinya bertemu sedangkan kesembuhan
luka sekunder adalah penyembuhan luka dengan kedua tepi yang terpisah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana fase penyembuhan luka?
2. Apa yang dimaksud dengan kesembuhan luka sekunder?
1.3 Tujuan
Mengetahui
apa saja fase dari penyembuhan luka dan apa yang dimaksud kesembuhan luka
sekunder.
______________________________________________
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fase Penyembuhan Luka
Fase Peradangan/Inflamatori
Fase
yang terjadi segera setelah luka dan berakhir 3-4 hari. Dua proses utama ialah
hemostasis dan fagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan) terjadi akibat
konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah,
endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah
luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matriks fibrin yang
menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk di
permukaan luka. Di bawah scab, sel epitel berpindah dari luka ke tepi. Sel
epitel sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya
mikroorganisme. Memerlukan pembuluh darah dan respon seluler untuk mengangkat
benda asing dan jaringan mati.
Suplai darah yang meningkat ke
jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses
penyembuhan. Daerah luka tampak merah dan bengkak. Leukosit terutamanya
neutrofil berpindah ke daerah interstitial yang ditempati makrofag yang keluar
lebih kurang 24 jam setelah luka. Makrofag menelan mikroorganisme dan sel
debris melalui fagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis
(AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah.
Fase Proliferatif
Dimulai
selama stadium peradangan dan berlanjut selama sekitar 21 hari. Tepi luka tampak merah muda cerah dan
ridge penyembuhan terbentuk 5 sampai 7 hari setelah insisi. Terjadi tiga kejadian utama yaitu epitelisasi, neovaskularisasi
dan sintesis kolagen. Epitelisasi
dimulai dalam 24 jam setelah insisi. Mitosis sel basal dan migrasi sel basal
marginal bekerja sama untuk memjembatani celah yang tercipta oleh insisi. Dalam 48 jam, keseluruhan daerah telah
dire-epitelisasi. Neovaskularisasi
terjadi akibat angiogenesis. Proses ini dimulai 2 hari setelah operasi dan
mencapai aktivitas puncak dalam 7 hari. Sel-sel
endotel pembuluh yang ada berproliferasi untuk membentuk kapiler baru yang
menyebabkan tepi luka tampak berwarna merah muda terang. Fibroblast dengan cepat mensintesis kolagen dan bahan dasar
(ground substance) dan puncak produksi berlangsung dari hari ke-5 sampai ke-7. Kolagen jaringan non luka cukup kuat
tetapi kolagen yang baru terbentuk terdiri atas serat berukuran kecil dan
kurang teratur serta lemah. Kekuatan
peregangan kolagen ini meningkat dengan cepat setelah hari ke-5.
Fase Pematangan
Dimulai
sekitar 21 hari setelah insisi dan dapat berlangsung setahun atau lebih. Kolagen
yang dihasilkan lebih tebal dan kompak. Serat-seratnya mulai membentuk ikatan
silang. Kedua ini meningkatkan kekuatan peregangan luka. Remodeling kolagen
yang bermakna terjadi selama stadium ini, disertai pembentukan dan penyerapan
jaringan parut. Reabsorpsi kelebihan kolagen akan menimbulkan remodeling
jaringan parut, meningkatkan kelenturannya dan menyebabkan kontraksi luka. Mekanisme
kontraksi lebih disebabkan oleh kontraksi miofibroblas yang terdapat di seluruh
tubuh terutama terpusat di sekitar luka terbuka.
2.2 Kesembuhan Luka Sekunder
Kesembuhan
luka sekunder adalah penyembuhan yang terjadi dengan pembentukan jaringan
granulasi sebelum terjadi jaringan epitelialisasi. Misalnya pada luka yang
terbuka dan tidak dijahit atau luka suatu dead space. Contoh luka adalah luka
bakar atau terjadinya ulkus pada kulit. Pada keadaan ini telah terjadi
kerusakan atau kehilangan jaringan yang cukup luas. Respons inflamasi yang
terjadi tampak lebih besar, dan jaringan granulasinya jauh lebih banyak; pada
keadaan ini terdapat pengendapan jaringan parut yang sangat besar dan epidermis
yang menutupinya tampak tipis. Yang paling signifikan, penyembuhan sekunder
ditandai oleh kontraksi luka yaitu ukuran defek akan berkurang secara nyata
dibandingkan ukuran semula dan keadaan ini terutamanya terjadi melalui
aktivitas kontraktil sel-sel miofibroblas. Kesembuhan luka sekunder umum
terjadi dalam luka yang terkontaminasi atau terinfeksi dimana luka dibiarkan
terbuka untuk sembuh tanpa intervensi bedah.
Gambar 1. Luka bakar pada hewan |
Gambar 2. Proses penyembuhan luka primer, sekunder, dan tersier |
2.3 Faktor yang mempengaruhi
penyembahan luka.
1. Usia, Semakin tua seseorang maka
akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan.
2. Infeksi, Infeksi tidak hanya
menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada
jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri,
baik panjang maupun kedalaman luka.
3. Hipovolemia, Kurangnya volume darah
akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan
nutrisi untuk penyembuhan luka.
4. Hematoma, Hematoma merupakan bekuan
darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk
kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut
memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses
penyembuhan luka.
5. Benda asing, Benda asing seperti
pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum
benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati
dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang
disebut dengan nanah (“Pus”).
6. Iskemia, Iskemi merupakan suatu
keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari
obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada
luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya
obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
7. Diabetes, Hambatan terhadap sekresi
insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke
dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori
tubuh.
8. Pengobatan Steroid : akan menurunkan
mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera, Antikoagulan : mengakibatkan
perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk
bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka
pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
______________________________________________
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Simpulan
Fase penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu fase
peradangan/inflamatori, fase proliferatif, dan fase pematangan. Kesembuhan luka
sekunder adalah penyembuhan yang terjadi dengan pembentukan jaringan granulasi
sebelum terjadi jaringan epitelialisasi. Penyembuhan sekunder ditandai oleh
kontraksi luka yaitu ukuran defek akan berkurang secara nyata dibandingkan
ukuran semula dan keadaan ini terutamanya terjadi melalui aktivitas kontraktil
sel-sel miofibroblas. Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka adalah usia, infeksi, hipovolemia, hematoma, benda asing, iskemia, diabetes, pengobatan steroid, dan antikoagulan.
______________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. Luka.
Universitas Sumatra Utara. http://repository.usu.ac.id?/ 21 April 2014
Anonim. 2014. Penyembuhan
Luka. Universitas Diponegoro. http://eprints.undip.ac.id/ 21 April 2014.