Tugas Bedah Khusus Veteriner
Arista Novi Sandra 11-26
Priscilla Maria Sariyono Putri 11-27
Muhammad Andry Rahim 11-30
Agar Sektiono Widodo 11-32
Irenius Rea Adja Dji 11-33
Nur Hanifah Septiani 11-34
Cyrilus Jefferson Bour 11-35
Bina Ichsantya 11-36
Putu Bulan Sasmita Dewi 11-40
Irma Rozalina 11-41
Muhammad Andry Rahim 11-30
Agar Sektiono Widodo 11-32
Irenius Rea Adja Dji 11-33
Nur Hanifah Septiani 11-34
Cyrilus Jefferson Bour 11-35
Bina Ichsantya 11-36
Putu Bulan Sasmita Dewi 11-40
Irma Rozalina 11-41
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
______________________________________________
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Banyaknya pecinta hewan kesayangan
dewasa ini khususnya anjing dan kucing yang meningkatkan kesadarannya tentang kesehatan hewan
kesayangan mereka. Hal ini juga
meningkatkan tuntutan kemampuan seorang dokter hewan untuk bisa mengatasi
masalah apapun yang terjadi pada pasiennya.
Batu kencing adalah penyakit
yang sering terjadi pada hewan peliharaan yang mengkonsumsi kalsium tinggi
namun minim konsumsi air. Keberadaan batu dapat menyebabkan hewan melakukan
buang air kecil dalam volume kecil namun sering, menyebabkan kencing darah
kebiruan, atau tidak mampu buang air kecil. Hewan yang mengalami batu kencing
tentu akan mengalami kesakitan dan harus segera ditindak lanjuti. Apabila sudah
kronis, maka harus segera dilakukan pembedahan.
Ilmu bedah merupakan cabang
ilmu pengobatan atau terapi yang mengusahakan pulihnya ke kondisi normal dari
akibat suatu gangguan dalam tubuh dengan menggunakan alat, tangan dan mekanis. Pembedahan
pada sisitem urinaria (perkencingan) yang sering dilakukan adalah nephrotomy, nephrectomy, urethromy,
urethrostomy, dan cystotomy. Ilmu bedah yang sering dilakukan terkait
dengan adanya gangguan pada vesica urinaria ini adalah cystotomy.
Cystotomy merupakan suatu
tindak pembedahan atau operasi yang membuka kantung kencing (vesica urinaria)
dan kemudian menutupnya lagi seperti semula. Cystotomy penting dipelajari
karena merupakan terapi akhir pada penanganan gangguan yang ada di vesica
urinaria. Sebelum dilakukan pembedahan pada sistem perkencingan, perlu
dilakukan evaluasi status pasien seperti keadaan cairan tubuh pasien. Evaluasi
yang bisa dilakukan adalah dengan urinalisis, evaluasi fungsi ginjal, dan
hemogram (gambaran darah).
Cystotomy tidak hanya
dilakukan pada saat pasien mengalami batu kencing. Cystotomy juga akan
dilakukan pada saat keadaan pasien terdapat tumor pada vesica urinaria, trauma
pada kecelakaan atau tertusuk benda runcing, pada keadaan ureter ektopik, dan
pada pemeriksaan secara biopsi.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah
ini ialah, mengetahui apa yang dimaksud cystotomy, apa saja indikasinya,
bagaimana penerapan anastesinya, bagaimana teknik operasinya, dan bagaimana
terapi post-operasi cystotomy itu sendiri.
Hal-hal ini akan diperlukan nanti sebagai referensi pengetahuan jika sudah
menjadi dokter hewan nanti.
1.3 Manfaat
Setelah melakukan penulisan
diharapkan para mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui manfaat dan
kegunaan dari operasi cystotomy. Selain itu diharapakan mahasiswa mengerti dan
mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan operasi cystotomy dan diharapkan
dapat bisa menerapkan apa yang sudah didapat nantinya dimasa depan.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Terminologi
Cystotomy adalah
prosedur operasi untuk membuka kantong kemih. Cystotomy dilakukan terutama
untuk mengeluarkan kalkuli yang ada pada kantong kemih dan uretra, tumor kantong
kemih, trauma akibat kecelakaan atau tertusuk oleh benda runcing, untuk tujuan
biopsy, memperbaiki ureter ektopik dan kantong kemih pecah, dan membantu dalam
diagnosis untuk mengobati infeksi saluran kencing. Sebelum dilakukan cystotomy
perlu dilakukan pemeriksaan kondisi umum pasien dan adanya tanda-tanda uremia,
oleh karena itu terapi cairan sangat perlu diberikan untuk menunjang status
pasien.
Cystotomy adalah salah
satu prosedur bedah yang paling umum dilakukan pada anjing. Kadang-kadang, pada
anjing terbentuk kristal abnormal dalam urin
yang menyebabkan infeksi sekunder untuk penyakit sistemik, infeksi kantong
kemih, atau ketidakseimbangan gizi. Kristal-kristal dapat tumbuh menjadi batu
padat yang dapat menyebabkan iritasi kantong kemih atau infeksi. Selain itu,
batu bisa masuk dalam uretra dan mengganggu proses perkencingan pada hewan.
Keberadaan batu dapat menyebabkan hewan melakukan buang air kecil dalam volume
kecil namun sering, menyebabkan kencing darah kebiruan, atau tidak mampu buang
air kecil. ureter ektopik juga diobati melalui suatu cystotomy.
2.2 Indikasi
Indikasi melakukan cystotomi adalah
untuk mengambil kalkuli yang ada pada kantong kemih dan
uretra, tumor kantong kemih, trauma akibat kecelakaan atau tertusuk oleh benda
runcing, untuk tujuan biopsy, memperbaiki ureter ektopik, dan untuk
mengesplorasi ruptur vesika urinaria yang merupakan abnormalitas yang paling
sering terjadi pada hewan kecil. Hasil akhir dari ruptur vesika urinaria juga
mengakibatkan terjadinya kebocoran urine ke dalam rongga abdomen (Fossum,
2002).
2.3
Premedikasi dan Anastesi
Premedikasi merupakan suatu tindakan
pemberian obat sebelum pemberian anestesi yang dapat menginduksi jalannya
anestesi. Premedikasi dilakukan beberapa saat sebelum anestesi di lakukan.
Tujuan premedikasi adalah untuk mengurangi kecemasan, memperlancar induksi,
mengurangi keadaan gawat anestesi, mengurangi timbulnya hipersalivasi,
bradikardia dan muntah selama anestesi (Ibrahim, 2000).
Premedikasi yang digunakan adalah
atropin sulfat dengan dosis 0,04 – 0,1 mg/kg bb secara SC. Sebagai anestesi
digunakan ketamin yang dikombinasikan dengan xylazin disuntikkan 10 menit
setelah atropin sulfat dengan dosis 1 – 4 mg/kg bb dan 2 – 4 mg/kg bb
secara IM (Tilley dan Smith, 1997).
2.4
Pre-Operasi
1.
Persiapan
Ruang Operasi
Ruang operasi dan meja operasi
didesinfeksi menggunakan desinfektan.
Selain itu, perlengkapan alat juga
didesinfeksi. Kemudian dilakukan
fumigasi dengan menggunakan formalin 10% dan KMnO4 1% (1:2) dan
dibiarkan selama 15 menit.
2.
Persiapan
Peralatan
· Seperangkat alat bedah minor.
· Sterilisasi alat bedah minor dengan
alkohol 70%.
· Pengeringan alat bedah minor
menggunakan kain/handuk steril.
3.
Persiapan
Obat
Obat-obatan
yang harus dipersiapkan, yaitu
·
Desinfektan : Alkohol 70%
· Preanestesi : Atropin sulfa (dosis 0,025 mg/kg BB)
diberikan secara SC.
· Sedatif : Xylazine (dosis 2 mg/kg BB)
diberikan secara IM.
· Anestetik : Ketamine (dosis 10 mg/Kg BB) diberikan
secara IM dan
Isoflourance secara per Inhalasi.
· Cairan infus : Ringer laktat.
· Antibiotik : Oxytetraxycline (dosis 14 mg/Kg BB)
diberikan secara
IM.
Amoxixillin (dosis 20 mg/kg BB) diberikan secara oral
Cara Pemberian
dosis : Dosis obat x Bobot
badan Hewan Konsentrasi
Obat
4.
Persiapan
Operator
Operator harus menggunakan
seperangkat APD (Alat Pelindung Diri) untuk tujuan sterilitas prosedur
pelaksanaan operasi.
5.
Persiapan
Pasien
Sebelum tindakan operasi
dilaksanakan, hewan terlebih dahulu dianamnese, pemeriksaan fisik secara
umum. Selain itu radiograph (x-ray) atau
abdominal ultrasound dapat dilakukan untuk mengetahui penyebab penyakit, dan
dipuasakan. Karena melibatkan pembukaan cavum abdominal, hewan harus diberikan
anestesi umum (inhalasi) atau anestesi epidural, sebelum dilakukan operasi. Anastesi
yang digunakan adalah anastesi umum (anastesi inhalasi) atau dengan anastesi
epidural, untuk
membuat hewan tidak sadar, control lengkap terhadap rasa sakit, dan relaksan
otot. Selain itu anastesi perlu dijaga dengan memberikan isoflourance + oksigen
100% melalui selang.
Gambar 1. X-Ray Pada Anjing yang menunjukan
adanya kalkuli
2.5
Teknik Operasi
Prosedur pelaksanaan operasi, meliputi :
1.
Hewan disiapkan secara aseptic untuk
pembedahan dengan pendekatan insisi pada garis median posterior abdomen, tetapi
pada anjing jantan bedah dilakukan agak ke samping.
2.
Setelah hewan teranestesi, hewan
dibaringkan dengan posisi rebah dorsal,
3.
Rambutnya dicukur dari perut dengan
gunting.
4.
Selanjutnya dipasangi kain penutup
operasi (drap).
5.
Insisi dilakukan pada garis median
posterior abdomen berturut-turut insisi pada kulit, jaringan subkutan, linea
alba.
6.
Tepi linea alba kiri dan kanan dijepit
dengan allis forcep dan sedikit diangkat keatas untuk memudahkan identifikasi kantong
kemih.
Gambar
2. Pembuatan Incisi
7.
Kantong kemih diangkat ke permukaan dan
direfleksikan ke caudal sehingga yang diinsisi nantinya adalah permukaan bagian
dorsal dari kantong kemih.
Gambar 4. Pengeluaran urin |
8.
Pasang jahitan stay suture pada kedua
sisi lateral dari kantong kemih untuk memudahkan insisi pada kantong kemih.
9.
Setelah membuka kantong kemih, batu
(uroliths) dikeluarkan dari kantong kemih.
|
Gambar 6. Batu (uroliths) |
10. Jika
dicurigai mengalami tumor, sampel dari dinding kantong kemih dapat dihilangkan
(dipotong) dan dikirim ke laboratorium untuk diteliti.
11. Jika
diduga infeksi, bagian dari dinding kantong kemih dan sampel dari batu yang
telah dikeluarkan yang disiapkan untuk dikultur (untuk menentukan apa bakteri
yang tumbuh) dan kepekaan antibiotik (untuk menentukan antibiotik bakteri yang
paling sensitif terhadap bakteri).
12. Apabila
kantong kemih penuh berisi urin perlu dilakukan aspirasi urin agar tidak tumpah
kedalam rongga abdomen.
13. Bilas
kantong kemih sampai bersih dengan menggunakan NaCl fisiologis.
14. Bila
terjadi trauma pada kantong kemih perlu dibuat luka baru pada kantong kemih
sebelum dilakukan penjahitan.
15. Penutupan
pada kantong kemih dilakukan dengan dua lapis jahitan yaitu simple continous
dan dibantu dengan jahitan pola lembert continous menggunakan benang chromic
cat gut.
Gambar 8. VU setelah dijahi |
16. Dinding
abdomen ditutup berturut-turut dari linea alba dengan benang vicryl 2-0 dengan
pola simple interupted, jaringan subkutan diijahit dengan pola simple continous
menggunakan benang plain cat gut 3-0 atau 2-0 dan kulit luar dijahit dengan
benang non absorbable pola simple interupted.
Gambar 9. Penutupan Jaringan Subkutan |
Gambar 10. Penjahitan Kulit |
2.6 Pasca Operasi
Pada prinsipnya hampir
sama dengan nephrotomy, dimana produksi urin terus dimonitor dengan disertai
pemberian cairan infuse Ringer Laktat. Analisis kalkuli perlu dilakukan untuk
mencegah terjadinya kalkuli ulangan. Untuk memberikan kenyamanan pada hewan,
biasanya diberikan obat anti-inflamasi atau anti nyeri (analgesik), dalam infuse
sangat efektif untuk mengurangi rasa sakit selama beberapa hari setelah operasi
dan antibiotik. Seringkali dilakukan pemasangan kateter selama 1-3 hari. Luka
tempat incisi harus dijaga kebersihannya dengan memberikan antiseptika setiap
hari.
Terapi penunjang bisa diberikan untuk
mempercepat proses kesembuhan, seperti membatasi gerak yang berlebihan untuk
menjaga jahitan tidak lepas. Amati bekas sayatan dua kali sehari untuk menjaga
agar tidak terjadinya peradangan pada bekas incisi. Perhatikan urin apakah terjadi perubahan
warna pada urin. Juga memperhatikan
apakah pada saat hewan buang air kecil tampaknya mudah atau sulit. Jika terjadi
komplikasi segera lakukan tindakan. Jahitan pada kulit biasanya sudah bisa
dibuka 7-14 hari setelah operasi.
Walaupun kantong kemih
strukturnya lemah, insisi pada kantung kemih akan cepat sembuh, dan
kesembuhannya dapat mencapai 100% dalam 14-21 hari. kantung kemih akan membesar
setelah prosedur cystotomy, hal ini terjadi karena adanya kombinasi regenerasi
ephitelial, sintesis dan remodeling jaringan luka, hipertropi dan proliferasi
otot polos, dan kantung kemih yang meregang.
______________________________________________
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Cystotomy merupakan suatu
tindak pembedahan atau operasi yang membuka kantung kencing (vesica urinaria)
dan kemudian menutupnya lagi seperti semula. Cystotomy penting dipelajari
karena merupakan terapi akhir pada penanganan gangguan yang ada di vesica
urinaria. Cystotomy tidak hanya dilakukan pada saat pasien mengalami batu
kencing. Cystotomy juga akan dilakukan pada saat keadaan pasien terdapat tumor
pada vesica urinaria, trauma pada kecelakaan atau tertusuk benda runcing, pada
keadaan ureter ektopik, dan pada pemeriksaan secara biopsi.
Sebelum dilakukan cystotomy perlu dilakukan tahap pra operasi yang
termasuk didalamnya melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan lab
pasien untuk memastikan kondisi pasien siap untuk dilakukan tindakan
cystotomy.setelah itu baru dilakukan tindakan operasi cystotomy dengan prosedur
operasi yang tepat. Setelah dilakukan tindakan operasipun, perlu dilakukan
tindakan-tindakan yang tepat pasca operasi untuk memastikan kondisi pasien
setelah operasi dapat kembali normal dan stubuh kemabli dapat berfungsi secara
optimal.
3.2
Saran
Proses penanganan pada
kasus cystotomy harus segera ditangani untuk mengurangi rasa sakit hewan pada
saat mengeluarkan urin dan menghindari infeksi pada saluran urinaria. Penanganan
teknik operasi cystotomi harus mengikuti prosedur teknik operasi yang benar,
agar mengurangi terjadinya kesalahan yang dapat menimbulkan infeksi lanjutan.
Pada kasus hewan yang didalam vesica urinaria. Meningkatkan konsusmi air pada
hewan untuk menghindari adanya kalkuli pada vesica urinaria maupun pada saluran
urinaria yang lain.
______________________________________________
DAFTAR
PUSTAKA
Brun, M.V., dkk. 2008. Laparoscopic cystotomy for urolith removal in dogs:
three case reports. Terdapat pada : Arq. Bras. Med. Vet. Zootec., v.60, n.1,
p.103-108, 2008
Fossum Theresa et al. 2002. Small
Animal Surgery 2nd Edition. Cina: Mosby
Khan, I.U., dkk. 2013. Evaluation of
Different Suturing Techniques for Cystotomy Closure in Canines. Terdapat
dalam : The Journal of Animal & Plant Sciences, 23(4): 2013, Page: 981-985,
ISSN: 1018-7081
Kumar, Amresh. 1997. Veterinary Surgical Techniques. New
Delhi : Vikas Publishing House PVT LTD
Sudisma, I.G.N. 2006. Ilmu Bedah
Veteriner dan Teknik Operasi. Bali : Udayana University Press
White, Dick, dkk. 2013. Cystotomy.
Terdapat pada [https://www.vetstream.com/canis/Content/Technique/teq00156].
Diakses pada tanggal 28 September 2014