BEDAH UMUM VETERINER
Anggota Kelompok VI :
Irma Rozalina (1109005041)
Elsa Hidayati (1109005042)
Elti Febilani (1109005047)
Noviriolla Maria (1109005048)
Siereh Eugene M. L. (1109005087)
A.A. Trisna Jiwani (1109005088)
R.R. Chandra Gita (1109005089)
Made Hermadi P. (1190005090)
Putu Maha Suta N. (1109005091)
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2014
______________________________________________
DOWNLOAD
______________________________________________
______________________________________________
DOWNLOAD
______________________________________________
PENDAHULUAN
Premedikasi Anestesi
Premedikasi
anastesi adalah pemberian obat-obatan sebelum pemberian anastesi umum atau induksi anastesi dengan
tujuan untuk melancarkan induksi anastesi, memperpanjang durasi anastesi dan
recovery atau pemulihan anestesi menjadi lebih baik, mengurangi efek buruk baik
farmakologi maupun farmakodinamik sehingga mencapai stadium anastesi yang lebih
stabil. premedikasi kebanyakan diberikan secara injeksi, baik intramuscular,
sub kutan, atau intra vena.
Premedikasi
dalam proses operasi bertujuan untuk memudahkan dalam anestesi dan membuat
hewan menjadi lebih tenang. Sedativa, transquliser dan analgetika dapat
digunakan dalam premedikasi untuk mengurangi iritabilitas saraf pusat sehingga
meningkatkan efek anestesi (Hall, 1977).
Obat-obatan yang digunakan dalam
premedikasi bermanfaaat untuk membuat hewan menjadi lebih tenang dan
terkendali, mengurangi dosis anastesi, mengurangi efek-efek otonomik dan efek
samping yang tidak diinginkan, serta mengurangi nyeri pre-operasi. Premedikasi
adalah untuk meniadakan kegelisahan, hewan menjadi lebih tenang dan terkendali,
meningkatkan sekresi saliva dan reaksi yang menyebabkan kejang-kejang,
bradikardia selama anastesi, memperkuat efek anastesi sehingga bekerja lebih
dalam dan durasinya dapat ditentukan untuk memperlancar induksi dan mengurangi
keadaan gawat anastesi, serta mengurangi efek-efek samping yang tidak
diinginkan serta nyeri pada pre-operasi (Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Obat-obatan premedikasi digunakan untuk
mempersiapkan pasien sebelum pemberian agen anestesi baik itu anastesi local,
regional ataupun umum. Tujuan pemberian agen premedikasi tersebut adalah untuk
mengurangi sekresi kelenjar ludah, meningkatkan keamanan pada saat pemberian
agen anestesi, memperlancar induksi anestesi, mencegah efek bradikardi dan
muntah setelah ataupun selama anestesi, mendepres reflek vagovagal, mengurangi
rasa sakit dan gerakan yang tidak terkendali selama recovery (Kumar,
1996).
Agen premedikasi digolongkan menjadi 4 yaitu;
antikolinergik, morfin serta derivatnya, transquilizer dan neuroleptanalgesik
(Kumar, 1996). Sementara menurut Sardjana dan Kusumawati (2004), obat-obat yang
digunakan untuk anastesi premedikasi meliputi antikolinergik, analgesik,
neuroleptanalgik, tranquilizer, obat dissosiatif dan barbiturate.
Menurut Sardjana dan Kusumawati (2004) pada
umumnya obat-obat premedikasi bersifat sinergis terhadap anastetik namun
penggunaanya harus disesuaikan dengan umur, kondisi dan temperamen hewan, ada
atau tidaknya rasa nyeri, teknik anastesi yang dipakai, adanya antisipasi
komplikasi, dan lainnya.
Premedikasi Tranquilizer
Tranquilizer disebut juga ataraktika atau
anxiolitika, khususnya zat-zat benzodiazepine, dapat menekan SSP dengan khasiat
sedative dan hippnotisnya,dan selain itu juga berdaya anxiolitis, antikonvulsif,
dan relaksasi otot. Kerja anxiolitis tidak tergantung pada daya sedative, malah
tranquilizer yang ideal hendaknya berefek sedatif ringan mungkin.pada
penggunaan jangka panjang, benzodiazepine juga dapat menimbulkan kebiasaan dan
ketergantungan,tapi lebih ringa dari hipnotika lainnya.Pada over dose jarang
sekali menimbulkan depresi pernafasan dan kardiovaskuler,atau koma faal, bila tidak
dikombinasi dengan obat-obat lain yang menekan SSP. Karenakeamanannya yang
besar, maka obat ini praktis sudah mendesak tuntas barbiturate sebagai obat
tidur dan penenang pada keadaan neurotis,seperti gelisah, takut dan stress.
______________________________________________
PEMBAHASAN
1.
Kegunaan Premedikasi Transquilizer
a.
Membantu melakukan restrain pada
hewan dengan membuat pasien menjadi lebih tenang, mengurangi kegelisahan, dan
mengurangi sifat hiperaktif bagi hewan
b.
Mengurangi rasa sakit terutama
pada pasien yang mengalami fraktur yang harus dimanipulasi sebelum di induksi
dengan anastesi umum
c.
Membantu fase induksi anastesi
umum agar fase eksitasi menjadi sangat minimal
d.
Mengurangi dosis anastesi umum
yang digunakan sehingga dapat menghindari terjadinya over dosis
e.
Meminimalkan pengaruh buruk
anastesi seperti bradikardia, sekresi yang berlebihan dari kelenjar saliva,
maupun saluran pencernaan
f.
Membantu menghilangkan rasaa sakit
melalui efek sedative
g.
Membuat fase pemulihan menjadi
lebih nyaman dan tenang.
h. Mengurangi dosis dan efek samping anestetika.
2. Beberapa Jenis Obat Tranquilizer
A. Promazine
Dosis pada anjing dan kucing 2-6
mg/kg bb. Promazine
adalah jenis obat yang disebut antipsikotik fenotiazin. Hal ini digunakan untuk
mengobati sangat gelisah atau gelisah perilaku. Promazine bekerja dengan
memblokir berbagai reseptor di otak, terutama reseptor dopamin. Dopamin adalah
senyawa alami yang disebut neurotransmiter, dan terlibat dalam transmisi pesan
antara sel-sel otak Dopamin merupakan neurotransmitter diketahui terlibat dalam
mengatur suasana hati dan perilaku, antara lain.
Promazine blok reseptor dopamin yang bekerja pada dan ini
mencegah overactivity dopamin di otak. Hal ini menghasilkan efek obat penenang
dan menenangkan. Efek samping yang ditimbulkan adalah mengantuk, penurunan tekanan darah yang
terjadi ketika bergerak dari posisi berbaring atau duduk untuk duduk atau
berdiri, yang menyebabkan pusing dan ringan (hipotensi postural), mulut kering,
penglihatan kabur, kesulitan buang air kecil, hidung tersumbat.
B. Acetylpromazine
Dosis diberikan 0,05-0,2 mg/kg bb
pada anjing dan kucing. Umumnya digunakan untuk menimbulkan efek tenang pada hewan
yang agresif. Preparat standarnya adalah, acepromazine maleate, sering
digunakan pada kuda, kucing dan anjing..
C. Chlorpromazine
Klorpromazin adalah agen fenotiazin
prototypic. Warna agak krem putih, tidak berbau rasa pahit,, kristal bubuk
putih. One gram is soluble in 1 ml of water and 1.5 ml of alcohol. Satu
gram larut dalam 1 ml air dan 1,5 ml alkohol. Injeksi
yang tersedia secara komersial adalah larutan HCl klorpromazin dalam air steril
pada pH 3-5.
Penggunaan klinis klorpromazin
sebagai agen neuroleptik telah berkurang, tetapi obat ini masih digunakan untuk
efek antiemetik pada hewan kecil dan kadang-kadang sebagai obat pra operasi dan
obat penenang. Sebagai sebuah antiemetik, klorpromazin akan menghambat
apomorphine-induced emesis di anjing, tetapi tidak kucing. Obat ini juga
diserap dengan baik setelah injeksi IM, tapi onsets tindakan yang lebih lambat
dibandingkan dengan setelah pemberian IV. Klorpromazin
didistribusikan ke seluruh tubuh dan konsentrasi otak lebih tinggi daripada
dalam plasma. Sekitar 95% dari klorpromazin dalam plasma terikat dengan protein
plasma (terutama albumin).
Klorpromazin menyebabkan ketidaknyamanan otot
yang parah dan pembengkakan ketika IM disuntikkan ke kelinci, penggunaan IV
hanya dalam spesies ini.
Atropin Sulfat
Atropin Sulfat
merupakan obat premedikasi golongan antikolinergik yang paling sering
digunakan. Keuntungan antikolinergik sebagai premedikasi adalah mengurangi
sekresi kelenjar saliva terutama bila dipakai obat anastetik yang menimbulkan
hipersekresi kelenjar saliva, menurunkan keasaman cairan gastrium, menghambat
bradikardia oleh stimulasi vagal, menurunkan motilitas intestinal, dan
menyebabkan bronchodilatasi (Boothe, 2001; Sardjana dan Kusumawati, 2004).
Atropine sulfat merupakan obat yang dapat memblokir kerja syaraf parasimpatik.
Efeknya mampu mengurangi aktivitas traktus digestivus, menekan urinasi dan aksi
nervus vagus, kerugiannya adalah peningkatan kecepatan metabolisme, peningkatan
denyut jantung, dapat menyebabkan bradikardia atau takikardia dan dilatasi
pupil (Lane and Cooper, 2003). Dosis pada anjing adalah 0,04 mg/kgBB dengan
konsentrasi 0,025% secara subkutan (Tenant,2002).
D. Droperidol
Dosis anjing dan kucing adalah 0,5-1
mg/kg bb. Droperidol (Droleptan, Dridol, Inapsine, Xomolix) adalah obat antidopaminergic
digunakan sebagai antiemetik dan antipsikotik. Droperidol juga sering digunakan
untuk anestesi neuroleptanalgesic dan sedasi dalam perawatan intensif.
Efek yang dapat
ditimbulkan addalah disphonea, hipotensi yang merupakan efek blockade alpha
adrenoceptor.
E. Diazepam
Umumnya memberikan efek :
-
induksi, premedikasi, sedasi
-
menghilangkan halusinasi karena ketamin
-
mengendalikan kejang
-
menguntungkan untuk usia tua
-
jarang terjadi depresi nafas, batuk, disritmia
Merupakan obat premedikasi dan sedasi untuk
tindakan operasi jangka pendek. Biasanya diaplikasikan sebelum tindakan bedah besar atau kecil
(mayor/minor) digunakan untuk durasi singkat, sedasi dengan amnesia untuk prosedur
endoskopi dan bedah dibawah anastesi lokal. Infus diazepam dapat menyebabkan
sumbatan jalan napas dan hipoksia seperti anastesi intravena lainnya.
Diazepam
disebutkan termasuk dalam golongan psikotropika,
nama dagangnya antara lain valium. Indikasinya sebagai obat anti cemas,
sedatif-hipnotic, dan obat anti kejang. Efek sampingnya, pada pemakaian kronik
dapat menimbulkan ketergantungan , menimbulkan keinginan untuk tidur,
berkurangnya daya konsentrasi.
Efek
yang dapat ditimbulkan adalah ataxia, hipoventilasi, gangguan pernafasan, atau
terkadang menimbulkan reaksi hipersensitivitas.
F. Xylazin
Xylazine
menimbulkan efek relaksasi muskulus sentralis juga analgesi. Kondisi tidur yang
ringan sampai kondisi narkosis yang dalam dapat tercapai, tergantung pada dosis
untuk masing-masing spesies hewan. Bila dipakai bersama barbiturat dan ketamin
potensiasi yang terjadi dapat mencapai 50%. Obat ini dapat berfungsi sebagai
sedatif yang efeknya tercapai maksimal 20 menit setelah pemberian intramuskular
dan berakhir setelah satu jam. Xylazin untuk tujuan relaksasi muskulus pada
umumnya dikombinasikan dengan ketamin untuk beberapa spesies termasuk kucing.
Pada hewan kecil, efek sampingnya meliputi bradikardia dan penurunan cardiac output,
vomit, tremor, motilitas intestinal menurun tetapi kontraksi uterus meningkat,
selain itu juga mempengaruhi keseimbangan hormonal antara lain menghambat
produksi insulin dan ADH (Sardjana dan Kusumawati, 2004). Dosis pada kucing
1,0-2,0 mg/kg secara intra muskular dengan mula kerja obat 3-5 menit dan lama
kerja obat 20-90 jam (Lumley, 1990). Menurut Plumb (1998) , pada anjing dan
kucing onset kerja xylazin setelah pemberian cecara intramuskular atau subkutan
dapat terlihat dalam 10-15 menit dan pada pemberian intravena 3-5 menit. Efek
analgesiknya dapat berlangsung 15-30 menit tetapi aksi sedasi 1-2 jam
tergantung dari pemberian dosis. Recovery sempurna setelah pemberian dosis
antara 2-4 jam pada anjing dan kucing.
Berdasarkan hasil penelitian pada anjing
local (Suartha, 2008). Rata-rata
waktu induksi, durasi, dan pemulihan anestesi pada pembiusan ketamine dengan
pemberian premedikasi xylazine pada anjing lokal adalah 5 menit, 37,45 menit,
dan 57,60 menit.
Waktu pemberian premedikasi xylazine yang terbaik adalah 10 menit sebelum anestetik ketamine, hal ini ditinjau dari waktu durasi terlama (43,20 menit) dibandingkan dengan perlakuan lainnya walaupun secara statistika tidak berbeda nyata.
Waktu pemberian premedikasi xylazine yang terbaik adalah 10 menit sebelum anestetik ketamine, hal ini ditinjau dari waktu durasi terlama (43,20 menit) dibandingkan dengan perlakuan lainnya walaupun secara statistika tidak berbeda nyata.
G. Lorazepam
Lorazepam
memiliki keunggulan dibandingkan diazepam. Memiliki efek kejang dan
antikonvulsi jika digunakan dalam jangka panjang.
______________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
DRS.&Kirana rahardja DRS.1978.
Obat-obat penting,edisi ke lima. PT Elex Media Konputindo Jakarta : Gramedia.
Wikipedia. en.wikipedia.org/wiki. 2008.
Droperidol. diakses 10 Maret 2011
Holisticbiomedicine. 2008. holisticbiomedicine.blogspot.com.2008.
Pengaruh-perbedaan-waktu-pemberian.diakses 11 Maret 2011