Tugas Bedah Khusus Veteriner
Arista Novi Sandra 11-26
Priscilla Maria Sariyono Putri 11-27
Muhammad Andry Rahim 11-30
Agar Sektiono Widodo 11-32
Irenius Rea Adja Dji 11-33
Nur Hanifah Septiani 11-34
Cyrilus Jefferson Bour 11-35
Bina Ichsantya 11-36
Putu Bulan Sasmita Dewi 11-40
Irma Rozalina 11-41
Muhammad Andry Rahim 11-30
Agar Sektiono Widodo 11-32
Irenius Rea Adja Dji 11-33
Nur Hanifah Septiani 11-34
Cyrilus Jefferson Bour 11-35
Bina Ichsantya 11-36
Putu Bulan Sasmita Dewi 11-40
Irma Rozalina 11-41
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
______________________________________________
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Mata
adalah salah satu organ penting dari tubuh makhluk hidup, tidak hanya pada
manusia masalah seperti penyakit mata ataupun kelainan pada mata terjadi. Pada
hewan penyakit serta kelainan pada mata pun sering terjadi. Penyakit pada mata
hewan yang sering terjadi antara lain seperti katarak, tumor, iritasi atau
bahkan luka akibat perkelahian atara hewan. Selain penanganan dengan pemberian
obat-obatan penanganan juga dapat dilakukan dengan operasi atau pembedahan.
Dalam dunia veteriner biasa disebut dengan operasi Reposisi dan Enukleasi
Bulbus Oculi.
Operasi
Enukleasi
merupakan operasi untuk pengambilan atau pengangkatan dan pembuangan bola mata.
Enukleasi lebih sering digunakan untuk membuang mata yang buta dan sakit yang
tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan. Enukleasi pada kondisi yang tepat
biasanya digunakan sebagai alternatif untuk menghilangkan rasa sakit pada mata
dan untuk menghilangkan metastasis neoplasia.
Indikasi dari enukleasi adalah
terjadinya peningkatan tekanan intraokular yang dihasilkan oleh glaukoma
(kucing merasa kesakitan dan buta) yang tidak dapat disembuhkan dengan
pengobatan, neoplasia intraocular yang berpotensi menyebabkan kesakitan
intraokular atau metastasis, trauma yang parah yang dihasilkan oleh luka
perforasi pada mata atau kerusakan pada lensa (sering disebabkan oleh cakaran
kucing, gigitan anjing, atau kecelakaan), infeksi intraokuler/endophthalmitis,
phthisis bulbi, proptosis (kesakitan pada otot ekstraokuler), dan retrobulbar
disease.
Abnormalitas pada bola mata dapat
dihasilkan oleh pengaruh lokal ataupun pengaruh sistemik. Perubahan/kelainan
bola mata diawali oleh kelainan secara unilateral, kemudian dapat berubah
menjadi bilateral. Microphthalmia merupakan suatu kelainan pada mata yang
berkaitan dengan kelainan beberapa struktur mata. Microphthalmia biasanya
disebabkan oleh faktor genetik atau nutrisi. Selain itu, kelainan lain yang
sering ditemukan adalah keratitis yang derjatnya bervariasi dari kekaburan
penglihatan ringan pada kasus ringan ataupun kasus akut, sampai perubahan warna
putih pada fase lanjut dengan derajat vaskularisasi yang bervariasi sebagai
hasil dari perkembangan pembuluh darah dari conjunctiva bulbar, kondisi ini
sering berkaitan dengan konjunctivitis.
Abnormalitas yang sering ditemukan
pada kelopak mata adalah entropion (melekuknya tepi palpebrae ke arah bola
mata), ektropion (melekuknya tepi palpebrae bawah ke arah luar), trichiasis
(penyimpangan abnormal dari silia sehingga akan bergesekan dengan kornea atau konjunctiva),
distichiasis, dan tidak adanya kelopak mata (coloboma). Entropion kemungkinan
dapat disebabkan secara kongenital atau dapatan selama hidup. Entropion secara
kongenital dicirikan oleh terjadinya entropion secara bilateral tetapi tingkat
keparahannya berbeda pada kedua matanya.
______________________________________________
BAB
II
TUJUAN
DAN MANFAAT
2.1 Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini ialah, mengetahui apa yang dimaksud dengan reposisi
dan enukleasi bulbus oculi, bagaimana teknik operasi reposisi dan enukleasi
bulbus oculi serta bagaimana prosedur
dan tatalaksana terapi post-operasinya.
Hal-hal ini akan diperlukan nanti sebagai referensi pengetahuan jika
sudah menjadi dokter hewan nanti.
2.2 Manfaat Penulisan
Setelah
melakukan penulisan diharapkan para mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui manfaat dan kegunaan operasi
reposisi dan enukleasi bulbus oculi. Selain itu diharapakan
mahasiswa mengerti dan mengetahui bagaimana tata cara pelaksanaan operasi
reposisi dan enukleasi bulbus oculi.
______________________________________________
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Enukleasi merupakan operasi untuk pengambilan atau
pengangkatan dan pembuangan bola mata dari cavum orbita secara keseluruhan.
Enukleasi lebih sering digunakan untuk membuang mata yang buta dan mata yang
sakitnya tidak dapat disembuhkan melalui pengobatan apapun. Pada kebanyakan
kasus, enukleasi akan meringankan rasa sakit yang timbul akibat gangguan pada
mata tersebut.
Abnormalitas pada bola mata dapat dihasilkan oleh pengaruh
lokal ataupun pengaruh sistemik. Perubahan atau kelainan bola mata diawali oleh
kelainan secara unilateral, kemudian dapat berubah menjadi bilateral. Beberapa
indikasi umum dilakukannya operasi ini adalah trauma parah yang tidak mungkin
ditangani, pada kasus uveitis kronis, pada kasus endophthalmitis, glaucoma yang sudah
tidak dapat disembuhkan dan membutakan, tumor pada bulbus oculi, kelainan mata dari
lahir yang menyebabkan kebutaan, dan beberapa penyakit yang mungkin bisa
menyebar ke bagian tubuh lain seperti kanker mata.
Enukleasi biasanya menjadi pilihan terakhir klien untuk
mengurangi rasa sakit dari mata pasien, terutama apabila keadaan pasien sampai
buta dan bola mata tidak ada gunanya lagi bagi pasien. Enukleasi dan kebutaan
ditoleransi dengan baik oleh anjing dan kucing dibandingkan mereka harus
merasakan sakit yang berkelanjutan.
Anestesi yang digunakan untuk operasi ini adalah anestesi
lokal. Setelah bola mata dikeluarkan, lalu diikat pada bagian pangkalnya
kemudian dipotong. Sebelum dijahit, pada beberapa teknik yang digunakan di luar
negeri, menggantikan bola mata dengan bola mata silicon yang gunanya adalah
mencegah terjadinya kista akibat sekresi membrane niktitan. Apabila sudah tidak
ada perdarahan, dilakukan penjahitan dengan pola simple interupted suture. Jahitan dibuat sedemikian rupa sehingga
masih ada sedikit lubang pada sudut mata medial yang berfungsi untuk drainase.
Benang yang digunakan adalah yang non absorbable. Selanjutnya mata tidak perlu
dibalut dan diberikan antibiotika, anti peradangan, hemostatika dan vitamin A
agar cepat daya regenerasinya.
Teknik operasi enukleasi dapat dilakukan melalui dua
prosedur, yaitu pendekatan subkonjunctival dan pendekatan transpalpebral.
1.
Objek utama dalam pendekatan subkonjunctival adalah
pembuangan bola mata, membran nictitan, dan sedikit kelopak mata, dengan
meminimalkan pengangkatan jaringan otot supaya kantung mata tidak menjadi kosong
sehingga faktor estetika akan tetap terjaga. Keunggulan dari pendekatan
subkonjunctival adalah pencapaian saraf opticus dan pembuluh darah lebih mudah
sehingga akan menurunkan kerusakan dari optic chiasm. Operasi enukleasi pada pendekatan subkonjunctival dilakukan
pembuangan semua kelenjar air mata karena apabila tidak dibuang maka kelenjar
yang tersisa akan memproduksi air mata dan air mata tersebut tidak bisa
dibuang, sehingga air mata tersebut akan mencari jalan lain sehingga membentuk
suatu fistula yang menghubungkan antara rongga mata dan hidung.
2.
Operasi enukleasi dengan pendekatan transpalpebral pada
umumnya digunakan untuk mengurangi terjadinya kontak infeksi dari permukaan
kornea dan metode pendekatan transpalpebral ini lebih sederhana untuk digunakan.
Kerugian dari pendekatan transpalpebral adalah terdapat banyak perdarahan dan
post operasi mata dengan metode pendekatan transpalpebral menghasilkan mata
yang cekung.
______________________________________________
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1
Metode Anestesi
Anestesi yang digunakan pada operasi enukleasi dapat
dilakukan dalam dua cara, yaitu anestesi lokal ataupun umum. Anestesi lokal
digunakan apabila pasien dapat di restrain dengan baik. Apabila sebaliknya,
restrain tidak bisa dilakukan, dapat menggunakan anestesi umum. Anestesi dilakukan
dengan menyuntikan atropin secara IM yang bertujuan untuk tachicardia, untuk
mencegah terjadinya muntah dan mencegah terjadinya aspirasi. Setelah 10 menit
maka dilakukan penyuntikan xylazin dan ketamin sebagai obat untuk anesthesi.
4.2
Metode Operasi
a. Pre–Operasi
1. Siapkan seperangkat alat minor yang
terdiri bedah dari 4 buah towel clamp, 1 buah gagang scalpel dan mata
pisaunya (atau bisa menggunakan 1 buah laser), 2 buah pinset anatomis dan
sirurgis, 3 buah gunting (runcing – runcing, runcing – tumpul, dan tumpul –
tumpul), 4 buah arteri clamp anatomis lurus, 2 buah tang arteri anatomis
bengkok, 2 buah tang arteri lurus sirurgis dan needle holder, meja operasi,
spoit, lampu operasi, timbangan, termometer, stetoskop, pisau cukur, kain
penutup atau duk, jarum jahit dengan ujung segitiga, perlengkapan operator yang
terdiri dari baju operasi, masker, tutup kepala, sarung tangan, sikat, dan
handuk kecil; tali restrain hewan, tampon serta kasa.
Gambar 1. Alat Bedah
2. Siapkan bahan-bahan yang digunakan
antara lain adalah benang jahit absorbable dan non-absorbable, kain kassa,
perban, iodium tincture 3%, alkohol 70%, vitamin K, anastetikum terdiri dari
ketamine HCl 10 %, dosis 10-40 mg/kgBB, Xylazine HCl 2 %, dosis 2-3 mg/kgBB (untuk
dosis maintenance diunakan setengah dosis), premedikasi anastetikum yaitu
Atrofin sulfat dosis 0,04 mg/kgBB; Antibiotik post operasi; dan
cairan infus (NaCl fisiologis 10-20 ml/kgBB, subkutan) jika diperlukan.
3. Pastikan ruang operasi dalam keadaan steril
dan site operasi memperoleh cahaya yang cukup.
4. Sebelum dioperasi, pastikan hewan berada dalam
kondisi yang normal, karena sangat riskan melakukan operasi pada hewan yang
berada dalam kondisi yang tidak stabil. Lakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik dan
jika perlu dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan bahwa
sistem dalam tubuh berfungsi secara normal. Perlu diperhatikan agar hewan
dipuasakan sebelum operasi dilakukan untuk menghindari terjadinya muntah akibat
efek samping dari pemberian anestesi.
5. Operator harus siap melaksanakan operasi,
telah memahami prosedur operasi, terampil, siap fisik dan mental.
6. Setelah semuanya siap, hewan dapat memasuki
ruang operasi. Kemudian dilakukan pencukuran rambut bila diperlukan.
b. Operasi
1.
Setelah hewan diberi anasthesi, daerah yang akan dilakukan
operasi (site operasi) diusap dengan kapas beralkohol 70% dan didesinfeksi
dengan Iodium Tincture 3% dengan arah dari dalam keluar.
2.
Setelah itu hewan diletakan di meja operasi dengan posisi
ventrodorsal/posisi dorsal recumbency, apabila digunakan anestesi lokal, maka
perlu restrain selama pelaksanaan operasi. Setelah hewan memasuki stadium
operasi maka operasi enukleasi dapat dilakukan.
3.
Operasi enukleasi diawali dengan penjahitan sederhana antara
kelopak mata atas dan kelopak mata bawah sehingga kelopak mata dapat tertutup.
Jahitan ini dilakukan dengan pola simple
interrupted suture agar lebih mudah dalam
kontrolnya.
Gambar 2. Mata pasien yang dijahit
4.
Setelah itu dilakukan penyayatan pada kulit sepanjang
margin/batas kelopak mata (sekitar 0,5 cm dari kelopak mata) dengan arah 360̊
mengelilingi kelopak mata. Penyayatan dapat dilakukan dengan menggunakan
sayatan tajam, setelah itu dilanjutkan dengan penyayatan pada otot-otot
ekstraokuler dengan hati-hati. Kemudian dilakukan pemotongan pada otot-otot
ekstraokuler yang melekat pada sclera. Nervus opticus dan pembuluh darah ke
mata dijepit dengan clamp dan diikat dengan benang jahit absorbable
berukuran 3-0 atau 4-0, kemudian nervus opticus dan pembuluh darah tersebut
dapat dipotong.
Gambar 3. Penyayatan daerah sekitar kelopak mata dengan
laser
Gambar 4. Penyayatan otot ekstraokuler
Gambar 5. Ligase nervus dan pembuluh darah serta pemotongan
bulbus oculi
5.
Langkah terakhir adalah penutupan otot-otot ekstraokuler,
periorbita, jaringan subkutan, dan kulit dengan jahitan sederhana serta
dilakukan penutupan ruang orbita dan jaringan subkutan dengan menggunakan
jahitan continuous dengan benang jahit absorbable berukuran 4-0, dan penjahitan
kulit dengan menggunakan benang jahit non absorbable berukuran 5-0 atau 6-0
dengan menggunakan pola jahitan simple
interupted suture.
Gambar 7. Hasil akhir operasi
c. Post – Operasi
Setelah
operasi, yang paling pertama dilakukan adalah melindungi luka jahitan operasi
yang ada. Bisa dilakukan penutupan dengan kasa atau pun pembalutan area
operasi. Untuk mencegah pasien menggaruk jahitan, bisa dipasangkan Elizabeth
collar. Antibiotik oral bisa dilakukan dengan pemberian Amoxicillin dosis 20
mg/kgBB diberikan selama 5 hari.
Perawatan
operasi pada hari ke-1 dan ke-2 dilakukan dengan penekanan pada daerah mata
yang dioperasi, hal ini bertujuan untuk mengurangi terjadinya akumulasi cairan
yang dapat menghambat penyembuhan. Apabila anjing tidak begitu nyaman, bisa
dicoba untuk mengompres daerah jahitan dengan handuk hangat yang dapat
dilakukan 2-4 kali dalam sehari. Jahitan yang paling luar bisa dilepas setelah
10 hari atau setelah lukanya benar-benar sembuh.
Hewan dengan satu mata saja tidak
akan bisa menghalangi mobilitas mereka ataupun kemampuan mereka untuk
berprilaku secara normal. Namun yang harus kita perhatikan adalah mengingatkan
kepada klien bahwa pasien butuh dukungan moral dalam proses penyembuhannya.
______________________________________________
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1
Simpulan
Enukleasi
dapat dilakukan pada bola mata yang sudah mengalami kerusakan kronis serta
enukleasi dapat dilakukan dengan alasan estetika. Indikasi dari enukleasi
adalah kelainan pada mata yang bersifat kronis dan tidak dapat disembuhkan
dengan pengobatan lokal atau sistemik. Beberapa kelainan yang menjadi indikasi
enukleasi adalah entropion, keratitis, dan konjungtivitis yang menjadikan mata
kehilangan fungsinya.
5.2
Saran
Teknik
operasi enukleasi sangat perlu diperhatikan karena pembedahan ini merupakan
pembedahan dengan tingkat kesulitan yang tinggi dan sangat beresiko.
______________________________________________
DAFTAR PUSTAKA
Bentley,
Ellison, et al. 2013. Skills
Laboratory: How to perform transpalpebral enucleation. Terdapat
pada [http://veterinarymedicine.dvm360.com/skills-laboratory-how-perform-transpalpebral-enucleation].
Diakses pada 20 September 2014
Brooks,
Wendy C. 2012. Enucleation (Removal of
the Eye). Terdapat pada [http://www.veterinarypartner.com/Content.plx?A=569].
Diakses pada 21 September 2014
Kumar,
Amresh. 1997. Veterinary Surgical
Techniques. New Delhi : Vikas Publishing House PVT LTD
La Croix,
Noelle. 2012. Enucleation. Terdapat
pada [http://www.vmcli.com/veterinary-articles-enucleation.html]. Diakses pada
21 September 2014
Schmidt,
Karl A., et al. 2009. A Modified
Subconjunctival Enucleation Technique in Dogs and Cats. Terdapat pada [http://veterinarymedicine.dvm360.com/modified-subconjunctival-enucleation-technique-dogs-and-cats].
Diakses pada 20 September 2014
Sudisma,
I.G.N. 2006. Ilmu Bedah Veteriner dan
Teknik Operasi. Bali : Udayana University Press
Zeltzman, Phil. 2011. The Fine Art And Pitfalls Of
Enucleation. Terdapat pada [http://www.veterinarypracticenews.com/February-2011/The-Fine-Art-And-Pitfalls-Of-Enucleation/].
Diakses pada 21 September 2014